Berita Golkar – Anggota Dewan Pembina kelompok relawan BAJA RK (Barisan Jakarta Ridwan Kamil), Achmad Annama Chayat mengapresiasi penampilan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) pada debat pamungkas Pilgub Jakarta yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta pada Minggu (17/11/2024).
Annama menilai, Ridwan Kamil pada debat ketiga Pilkada Jakarta ini berhasil mencuri perhatian publik dan menjadi bintang dibanding dua kompetitor lainnya. Gagasan yang diuraikan Ridwan Kamil menurut Ketua DPP KNPI ini sangat tepat bagi Jakarta, selain itu penjelasan yang disampaikan juga mudah dimengerti.
“Pada debat semalam Bang Ridwan Kamil sangat gemilang penampilannya. Pembawaannya seperti biasa sangat tenang, pemaparan gagasannya pun stabil, mudah dimengerti dan feasible untuk dilakukan. Tak hanya RK, penampilan Suswono juga tanpa celah kesalahan, keduanya saling melengkapi,” ujar Achmad Annama yang juga Ketua Departemen MPO DPP Partai Golkar ini kepada redaksi.
Debat ketiga semalam mengusung tema mengenai lingkungan perkotaan dan perubahan iklim. Adapun sub tema dari debat tersebut yaitu penanganan banjir; penataan pemukiman; penurunan emisi dan polusi udara serta transisi energi terbarukan; pengelolaan sampah; ketersediaan air bersih; kota layak huni dan penataan ruang terbuka hijau.
Terkait dengan konteks gagasan yang diungkapkan Ridwan Kamil berkenaan dengan tema debat, Annama menyoroti rencana Ridwan Kamil membangun hunian vertikal untuk Gen-Z. Menurut politisi muda Partai Golkar ini, gagasan tersebut mengatasi berbagai masalah mulai dari tata ruang hingga backlog perumahan yang selama ini sulit diatasi di Jakarta.
“Dari fakta yang disampaikan semalam, ini realitas yang harus dihadapi pemimpin Jakarta ke depan. Berdasarkan data, tahun 2023 jumlah backlog perumahan di Jakarta mencapai 1.498.949 hunian. Ini mengkhawatirkan jika kita berkaca pada pertumbuhan jumlah penduduk dan stagnasi lahan perumahan,” papar Annama.
Selain persoalan backlog perumahan yang bisa terselesaikan dengan gagasan hunian vertikal, masalah banjir dan ketidakadilan tata ruang yang selama ini menjangkiti Jakarta juga dapat terurai. Pusat ekonomi mikro juga dapat dibangun di hunian-hunian vertikal yang ada.
“Dengan gagasan hunian vertikal bagi Gen-Z, saya pikir ini menjadi solusi praktis ke depan. Namun yang perlu menjadi catatan, pembangunan hunian vertikal juga harus memperhatikan faktor lingkungan, utamanya penurunan tanah di Jakarta. Konsep rumah vertikal seperti di Kampung Bayam itu bisa jadi salah satu alternatif. Dengan bangunan yang tak terlalu tinggi, berkisar 4-6 lantai saja,” sambungnya lagi.
Melansir dari laman Jakarta Property Institute hunian vertikal memiliki sejumlah kelebihan diantaranya ialah lebih terjangkau dan hemat biaya, kemudahan aksesibilitas, tanggung jawab pemeliharaan lebih rendah, serta fasilitas yang bersifat komunal sehingga membangun interaksi sosial. {redaksi}