Berita Golkar – Menjelang Pilkada Serentak 2024, cerita mitos Bupati Kendal Satu Periode kembali senter terdengar. Konon katanya siapa saja yang menjabat sebagai Bupati Kendal, hanya bisa bertahan satu periode saja.
Sekalinya melanggar, sosok bupati Kendal yang kembalinya menjabat justru akan terjerat kasus. Cerita lain menyebutkan, siapa Bupati Kendal yang kembali menjabat akan gugur.
Di sisi lain, Bupati Kendal saat ini, Dico Mahtado Ganinduto (Dico Ganinduto) menjadi kandidat kuat untuk kembali memimpin Kabupaten Kendal pada Pilkada Serentak 2024.
Khusnul, warga Pegandon Kendal membenarnya keberadaan Mitos Bupati Kendal Satu periode tersebut. Dia mengatakan, mitos tersebut sudah ada sejak kakek buyutnya.
”Mitos Bupati Kendal Satu Periode sudah ada sejak dulu. Mungkin sebelum kakek buyut saya,” ujar pria 45 tahun tersebut.
Diceritakan, memang ada Bupati Kendal yang menjabat dua periode. Namun di periode kedunya tidak berjalan mulus. Seperti Bupati Kendal Hendy Boedoro. Periode pertama menjabat pada 2000-2005.
Kemudian pada periode kedua, yakni 2006-2010, terjerat kasus. Hendy Boedoro digantikan wakilnya Siti Nurmarkesi di sisa jabatannya 2009-2010.
Bapak 4 anak ini menceritakan, ada juga Bupati Kendal yang ingin menjabat kedua kalinya tetapi gagal. Dia adalah Widya Kandi Susanti yang menjadi Bupati Kendal pada periode 2010-2015.
Istri Hendy Boedoro ini kemudian mencalonkan lagi untuk Bupati Kendal pada periode 2016-2021, namun gagal. Dia kalah dari dr Mirna Anissa M.Si yang menjabat Bupati Kendal periode 2016-2020.
Mirna kemudian digantikan Dico Mahtado Ganinduto yang menjabat Bupati Kendal Periode 2021-2025. ”Memang jangan percaya pada mitos. Namun hal ini memang terjadi di Kendal,” tambannya.
Kekalahan Tumenggung Bahurekso
Khusnul mengatakan, banyak pihak yang mengaitkan mitos tersebut dengan cerita Tumenngung Bahurekso.
Perlu diketahui, Tumenggeng Bahureksi merupakan bupati pertama Kabupaten Kendal. Tanggal lahir Tumenggung Bahurekso, yakni pada tanggal 12 Rabiul Awal 1412 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 28 Juli 1605 Masehi dijadikan Hari Jadi Kabupaten Kendal.
Kisah Ki Bahurekso bermula dari zaman Kerajaan Mataram Islam di tahun 1613 – 1645, di mana saat itu mereka sudah harus melawan penjajah yang datang dari Portugis dan Belanda.
Ki Bahurekso konon bermula dari kisah seorang pemuda yang bernama Joko Bahu putra tunggal Ki Ageng Cempaluk yang ingin mengabdikan diri di Kerajaan Mataram. Sultan Agung Adi Prabu Hanyokrokusumo, Raja Mataram saat itu, dengan senang hati menerima Joko Bahu di istananya.
Jaka Bahu adalah seorang abdi dalem kerajaan Mataram yang dikenal sebagai seseorang yang mencintai sesama dan pekerja keras hingga berhasil memajukan daerahnya.
Atas keberhasilan itulah akhirnya Sultan Agung Adi Prabu Hanyokrokusumo mengangkatnya menjadi Bupati Kendal bergelar Tumenggung Bahureksa. Selain itu, Tumenggung Bahureksa juga diangkat sebagai Panglima Perang Mataram pada 26 Agustus 1628 untuk memimpin puluhan ribu prajurit menyerbu VOC di Batavia.
Tumenggung Bahurekso tewas
Dilansir dari majalahhandal.kendalkab.go.id, menurut catatan Belanda, Tumenggung Bahurekso tewas bersama 200 pasukannya saat berperang melawan Belanda pada tanggal 21 Oktober 1628 karena tertembak senapan laras panjang prajurit VOC.
Namun catatan Belanda tersebut dibantah oleh tokoh sejarah dalam catatan Babad Jawa. Sejarah Banten juga mencatat bahwa Panglima Perang Tumenggung Bahurekso tidak tewas dalam peperangan saat terkena pecahan peluru penjajah.
Dalam catatan sejarah versi babad dijelaskan, tanggal 21 September 1628 Panglima Perang Tumenggung Bahurekso melakukan serangan besar-besaran ke Benteng Pertahanan VOC Belanda di Batavia Jakarta.
Dua pasukan Tumenggung Bahurekso yaitu Pasukan Panah Api Surogenen dan Pasukan Wirabraja jam 05.30, melakukan serangan besar-besaran dari 2 arah yang berbeda.
Serangan Pasukan Tombak Wirabraja Tumenggung Bahurekso tersebut dihadapi Belanda dengan Pasukan Pedang VOC. Belanda juga memuntahkan senjata api Meriam secara bertubi-tubi ke arah Tumenggung Bahurekso dan pasukannya.
Salah satu serangan senjata Pasukan VOC tersebut mengenai Tumenggung Bahurekso. Salah Satu Kaki Tumenggung Bahurekso mengalami luka dan patah terkena terkena pecahan peluru akibat serangan Meriam Belanda itu.
Karena dalam kondisi terluka dan kaki patah, pasukan diperintahkan untuk mundur. Pasukan Adipati Ukur mundur ke arah hutan Lumbung Parahiyangan Tengah.
Dua anak buah Tumenggung Bahurekso yaitu Tumenggung Mandurorejo dan Tumenggung Suro Agul-agul menyembunyikan Tumenggung Bahurekso di Tempat Persembunyian. Serangan yang dipimpin oleh Tumenggung Bahurekso tersebut tidak berhasil namun Tumenggung Bahurekso tidak tewas.
Di tempat persembunyian yang dirahasiakan dari kejaran penjajah Belanda itu, Bupati Pertama Kabupaten Kendal Tumenggung Bahurekso mendapat perawatan.
Diketahui, makam Tumenggung Bahurekso ada di Desa Lebaksiu Kidul, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal. Setiap tahunnya, para pejabat Pemkab Kendal selalu berziarah ke makam Tumenggung Bahurekso. {sumber}