DPP  

Dina Hidayana: Partai Golkar dan Blitzkrieg, Sang Beringin Akankah Tetap Kokoh?

Berita GolkarPakar Pertahanan dan Alumni Doktoral Strategi Pertahanan Unhan RI, Dina Hidayana, melihat adanya fenomena serangan kilat (blitzkrieg) dalam proses pergantian Ketua Umum di salah satu partai besar dan bersejarah di Indonesia, yakni Partai Golkar. Hal itu ditandai dengan terpilihnya Ketua Umum DPP Partai Golkar baru, Bahlil Lahadalia menggantikan Airlangga Hartarto.

Perhelatan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan Musyawarah Nasional (Munas) XI Partai Golkar yang dihelat pada 22 Agustus 2024 lalu bahkan menjadi agenda Rapimnas dan Munas tercepat dalam sejarah Partai Golkar seperti yang dinyatakan oleh Ketua Penyelenggara, Agus Gumiwang Kartasasmita dalam pidato penutupnya.

Dina, yang juga Ketua Depinas SOKSI ini mengemukakan adanya perspektif perang dikenal istilah Blitzkrieg, yakni strategi atau taktik menyerang dan menguasai yang dapat dilakukan secara individu maupun kolektif.

“Serangan bersifat mendadak (kilat), fokus dan tepat sasaran. Sehingga lawan bahkan tidak sempat bersiap untuk melakukan pertahanan diri ataupun perlawanan, yang berujung pada kekalahan telak dari sasaran atau target operasi,” ujar Dina Hidayana kepada redaksi Golkarpedia pada Senin (25/08).

Lebih lanjut Dina menjelaskan, taktik atau strategi ini pun sering berlaku di dunia politik. Sehingga tidak mengherankan peristiwa suksesi atau pergantian rezim ada beberapa yang bersifat tidak terduga.

Partai Golkar karenanya saat ini sedang menghadapi fase pasca serangan kilat. Reintegrasi relatif tidak mudah, karena sempat melewati efek kejut akibat blitzkrieg. Isu berkelindan antara pro kontra penguasa lama dan baru, menguatnya genk munas ancol vs bali, dan sebagainya.

“Transisi ini, karenanya memerlukan kepiawaian pemimpin terpilih untuk memastikan agregasi kepentingan (konsolidasi), perencanaan strategis dan stabilitas jangka panjang dapat diterima para pihak untuk meminimalisir timbulnya disiden dan ketidakstabilan, hingga kecemasan adanya tragedi ken arok yang berkelanjutan,” ujar srikandi berdarah Mataram ini.

Dina menyebutkan, bahwa beban berat Ketua Umum terpilih, salah satunya karena menahkodai partai yang telah dipersepsikan publik sebagai partai matang pengalaman berisi orang-orang mumpuni dengan tingkat loyalitas dan jiwa korsa yang relatif tinggi terhadap eksistensi partai.

“Rakyat pun masih berharap perlindungan dan keberpihakan pada Partai Golkar yang saat ini menjadi runner up pemilu. Tantangan bagi insan Golkar ini dipertebal dengan tidak adanya tradisi patronase atau mengkultuskan individu pemimpin,” tegas Dina.

Tidak mudah memulihkan kepercayaan rakyat dan para kader di seluruh tingkatan, jangan sampai blitzkrieg hanya sekedar bom waktu. Blitzkrieg harus bisa ditindaklanjuti sebagai jalan sungguh-sungguh pembenahan parpol di tengah apatisme masyarakat dan pragmatisme yang menggurita, yang dalam jangka panjang berpotensi menghancurkan partai dan merusak masa depan negeri.

“Idealnya, blitzkrieg Partai Golkar merupakan langkah progresif dan aksi positif bagi kemajuan nan super solutif dalam mengatasi kompleksitas permasalahan bangsa serta regenerasi berbasis merit system,” pungkas Dina. {redaksi}