Berita Golkar – Guna menarik investor nasional maupun asing untuk berinvestasi di Bumi Rafflesia, Bencoolen Regional Investment and Economic Forum (BRIEF) 2023 kembali digelar di Bengkulu bertempat di Mercure Hotel Bengkulu, Jumat (17/11).
Gubernur Rohidin Mersyah mengungkapkan Forum BRIEF 2023 merupakan yang ketiga kali digelar, dan tahun ini diharapkan investor yang hadir dapat menanamkan investasi di Provinsi Bengkulu dengan penawaran yang sudah dipaparkan sebelumnya.
“Ini forum yang ketiga kalinya kami gelar, yang pertama sebagai pengenalan, yang kedua sudah terlihat dan mulai mendatangkan beberapa investor, waktu kegiatan di Jakarta. Semoga tahun ini, sudah ada eksekusi investasi apa yang bisa ditanamkan investor di Bengkulu termasuk sebenarnya menyelesaikan investasi yang sudah ada,” ujar Gubernur Rohidin usai acara.
Lebih lanjut, Gubernur Rohidin menjabarkan beberapa potensi investasi yang ditawarkan oleh Provinsi Bengkulu seperti paket investasi pulau terluar Indonesia di Bengkulu, yaitu Pulau Enggano. Pulau tersebut memiliki potensi pengembangan budi daya kepiting bakau, ikan laut, wisata alam yang menarik.
“Kalau di Enggano, investor dapat berinvestasi paket lengkap, bisa membangun seperti lapangan golf, hotel dan sektor wisata yang lengkap seperti kawasan terpadu, sehingga hotel dan wisata ini benar-benar menjadi sebuah kawasan perhotelan khusus yang berada di kawasan Samudera Hindia,” jelasnya.
Kemudian, investasi yang menjanjikan selanjutnya, yakni eksplorasi panas bumi Geothermal Hulu Lais, pembangunan rel kereta api, dan kemudian kelanjutan pembangunan Tol Bengkulu-Lubuk Linggau, yang akan menjadi akses penting dan potensial.
Termasuk di sektor jasa, beberapa program unggulan yang ada di Bengkulu hasil industri sektor perkebunan sudah mulai diolah dengan sangat baik. Terutama Kopi, Robusta Bengkulu yang mulai merambah pasar internasional salah satunya 5-6 outlet di Malaysia, yang tentunya mendapat sambutan yang sangat positif.
Apalagi, sambung Gubernur Rohidin, jika komoditas kopi di Provinsi Bengkulu dipetakan dalam satu kawasan dan dengan standar mutu tujuan ekspor sehingga komoditas ini betul-betul memenuhi kebutuhan pasar. Jika sekarang, pengolahannya masih terpisah dilakukan kelompok – kelompok masyarakat.
“Langkahnya mungkin, bisa dengan membina masyarakat petani kopi di daerah, dengan pendekatan manajemen perusahaan tapi tetap diberlakukan atau dibentuk koperasi petani. Jadi hasil kebun petani dikumpulkan, kemudian diolah dalam suatu kawasan dan dibawa untuk memenuhi kebutuhan ekspor maupun nasional.”
“Pola investasi seperti ini tentu akan lebih berdampak positif buat daerah, akan betul-betul inklusif bagi pertumbuhan ekonomi. Karena memang komoditasnya ada di Bengkulu, kemudian diolah, dan menyerap tenaga kerja di Bengkulu,” tutupnya. {sumber}