Berita Golkar – Sebagai negara penghasil minyak dan gas alam terbesar ketiga di kawasan Teluk, setelah Arab Saudi dan Iran, Uni Emirat Arab (UEA) tidak mau bergantung pada energi fosil. Pemerintah UEA sudah memutuskan sebuah program energi terbarukan demi melindungi bumi dari pemanasan global. Program inilah yang tengah dibahas UEA dengan Indonesia.
Untuk itu, Duta Besar (Dubes) UEA untuk Indonesia Abdulla Salem Al Dhaheri mengunjungi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia di Jakarta, Selasa (31/12/2024). Pertemuan ini diposting di akun Instagram Kedubes UEA di Jakarta.
Dubes Al Dhaheri menemui Bahlil untuk membahas peluang kerja sama di sektor energi ini. Dia memaparkan, UEA adalah negara teluk yang paling terdepan dalam program penggunaan energi hijau dan terbarukan.
“Bersama-sama, kita bisa berkontribusi demi masa depan energi yang cerah dan berkelanjutan,” ujar Dubes Al Dhaheri, dikutip dari Republik Merdeka.
UEA memiliki program energi bersih 2050 yang menargetkan bauran energi yang menggabungkan sumber energi terbarukan, nuklir dan bersih untuk memenuhi kebutuhan ekonomi UEA. Untuk program tersebut, UEA bertekad menggunakan 44 persen energi bersih, 38 persen gas dan 12 persen batubara bersih.
Dubes Al Dhaheri yakin, Indonesia juga bisa meninggalkan ketergantungannya pada sumber energi fosil secara perlahan. “Indonesia memiliki sumber daya energi panas bumi, angin dan gelombang laut yang besar. Kami siap membantu mengembangkan ini,” tegasnya.
Pertemuan Dubes Al Dhaheri dengan Bahlil merupakan kelanjutan kunjungan Pemerintah Indonesia ke UEA pada November 2024. Saat itu, Pemerintah Indonesia melakukan penguatan kerja dengan MoU dengan UEA untuk memastikan tercapainya target net zero emissions pada 2060.
Bahlil mengatakan, implementasi kerja sama itu meliputi sharing knowledge terkait kebijakan, strategi dan peraturan, peluang pembiayaan dalam proyek Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization Storage (CCS/CCUS) dan pengembangan teknologi inovatif untuk biofuel dan hidrogen, serta meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dalam bidang energi.
Menurut Bahlil, dengan adanya kerja sama ini dapat mendorong kolaborasi antarbadan usaha dari kedua negara dalam bidang rantai pasok mineral, yang di dalamnya termasuk pengolahan terintegrasi midstream dan downstream serta manufaktur.
Dia juga menilai, perluasan kerja sama ini selaras dengan visi besar Indonesia untuk mencapai net zero emissions pada 2060. Pemerintah optimistis, dukungan dari UEA dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci di sektor energi global. {}