Berita Golkar – Anggota Komisi XI DPR RI, Erwin Aksa mengatakan, Indonesia memiliki peluang besar untuk merancang ulang masa depan ekonominya melalui perjanjian perdagangan strategis dengan Amerika Serikat.
Dengan defisit perdagangan yang kecil terhadap AS dan posisi fiskal yang stabil, Indonesia berada dalam posisi yang menguntungkan untuk menarik investor asing yang ingin mengalihkan operasi mereka dari Cina dan Vietnam.
Kesepakatan ini diproyeksikan dapat meningkatkan PDB hingga 2 persen pada tahun 2030, menciptakan lebih dari 2 juta lapangan kerja baru, serta menjadikan Indonesia pusat manufaktur dan teknologi tinggi di Asia Tenggara.
Momentum ini menjadi kesempatan langka bagi Presiden Prabowo untuk memanfaatkan potensi ekonomi negara dan membawa Indonesia menuju era kemakmuran baru, dikutip dari Tribun Timur.
Perjanjian dagang dengan AS akan memberikan dampak langsung dan jangka panjang bagi ekonomi Indonesia.
Dengan daya tarik fiskal yang kuat, Indonesia mampu menawarkan insentif menarik, seperti keringanan pajak dan zona ekonomi khusus, kepada perusahaan yang ingin mendiversifikasi rantai pasok mereka.
Kombinasi ini dengan sumber daya alam melimpah dan tenaga kerja muda yang kompeten menjadikan Indonesia tujuan ideal bagi industri seperti elektronik, semikonduktor, dan kendaraan listrik (EV).
Cadangan nikel yang signifikan di Indonesia bahkan dapat mendorong negara ini menjadi pemain utama dalam transisi energi bersih global.
Relokasi industri teknologi tinggi diprediksi mampu menciptakan lebih dari 800.000 pekerjaan khusus dengan upah tinggi, selain menciptakan peluang di sektor-sektor tradisional seperti tekstil, alas kaki, furnitur, dan akuakultur.
Industri-industri ini, yang sebagian besar berbasis di wilayah pedesaan dan pesisir, akan meningkatkan pendapatan masyarakat lokal.
Efek berlipat dari lapangan kerja ini akan berdampak pada sektor logistik, transportasi, hingga layanan pendukung lainnya, sehingga memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
Kesempatan untuk menjalin hubungan dagang dengan AS tidak hanya berdampak pada ekonomi, tetapi juga memperkuat posisi strategis Indonesia di kawasan Indo-Pasifik.
Dengan memperdalam hubungan ekonomi, Indonesia dapat mengimbangi pengaruh China yang semakin besar di wilayah ini.
Selain itu, pasar AS yang luas menawarkan peluang besar untuk ekspor Indonesia di sektor tekstil, alas kaki, makanan laut, hingga elektronik.
Untuk memastikan keberhasilan perjanjian ini, Indonesia perlu menyusun proposal menarik yang mencakup pengurangan tarif bagi produk impor AS, seperti kedelai dan gandum, sekaligus menegosiasikan pengurangan tarif untuk ekspor unggulan Indonesia.
Modernisasi infrastruktur, peningkatan konektivitas digital, serta pengembangan keterampilan tenaga kerja juga menjadi kunci. Upaya ini akan memastikan distribusi manfaat ekonomi yang lebih merata di seluruh wilayah Indonesia.
Kesepakatan perdagangan ini memiliki potensi untuk mengubah Indonesia menjadi kekuatan ekonomi global.
Dengan proyeksi peningkatan PDB sebesar $200 miliar per tahun, lebih dari dua juta lapangan kerja baru akan tercipta, merombak struktur ekonomi di daerah pedesaan maupun perkotaan.
Indonesia dapat muncul sebagai pemimpin dalam inovasi dan perdagangan global, memantapkan dirinya sebagai mitra strategis yang terpercaya.
Presiden Prabowo memiliki kesempatan emas untuk menjadikan perjanjian ini sebagai batu loncatan menuju pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Dengan visi strategis dan kepemimpinan tegas, Indonesia dapat memasuki babak baru dalam sejarahnya sebagai negara yang kuat secara ekonomi dan berdaya saing di panggung internasional. {}