Berita Golkar – Tradisi Syawalan Megono Gunungan Kabupaten Pekalongan berlangsung meriah, Rabu (17/4). Meski diguyur gerimis kecil, ribuan orang tetap memadati lokasi acara. Belasan gunungan hasil bumi ludes sekejap diserbu warga. Ribuan Warga berebut meski basah kuyup.
Berbeda dengan tahun lalu, tradisi Kabupaten Pekalongan dalam memperingati Syawalan ini diselimuti kecemasan panitia. Pasalnya saat bupati tiba dan acara baru akan dimulai, langit mendung.
Gerimis kecil sempat turun. Bahkan saat ketua panitia sekaligus Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Pekalongan Wahyu Kuncoro tengah membacakan laporan acara, ia tetap berdiri di tempat.
Sementara pengunjung berhamburan mencari tempat berteduh. Gerimis sedikit reda ketika giliran Bupati Pekalongan Fadia Arafiq menyampaikan sambutan dan membuka acara.
Fadia tak bertele-tele bicara. Hanya menyampaikan penghormatan kepada Forkopimda dan tamu undangan serta sekelumit materi sambutan.
“Karena ini mau hujan saya singkat saja. Semoga acara ini membawa keberkahan untuk kita semua. Karena Syawalan ini tradisi baik yang harus dilestarikan. InsyaAllah tahun depan kami gelar lebih meriah lagi,” ujarnya.
Setelah sambutan, bupati membuka acara secara simbolis dengan memotong tumpeng. Potongan tumpeng diberikan kepada ketua DPRD sebagai wakil masyarakat Kabupaten Pekalongan.
Sesaat setelah seremonial tumpeng itu, ribuan pengunjung mulai merangsek ke area gunungan. Begitu diberi aba-aba, mereka seketika berlari masuk. Area gunungan yang semula steril, berubah menjadi lautan manusia.
Tak sampai sepuluh menit, belasan gunungan ludes. Banyak pengunjung yang membawa kantong plastik. Mereka berebut sayur mayur, buah, lauk pauk, dan berbagai hasil bumi dari gunungan.
Belasan gunungan itu semua berisi hasil bumi dari setiap kecamatan di Kabupaten Pekalongan (ada 19 kecamatan).
Gunungan Kecamatan Wonokerto misalnya, berisi berbagai ikan hasil tangkapan nelayan. Sementara gunungan Kecamatan Karanganyar, Talun, Doro, banyak dihias dengan durian. Ternyata pengunjung tak hanya datang dari Kabupaten Pekalongan. Melainkan juga dari luar kota. Misalnya Jon dan Tia.
Mereka pasangan suami istri yang berdomisili di Bandung. Mereka sengaja datang ke acara karena penasaran dengan tradisi Syawalan di Kabupaten Pekalongan.
“Kami sengaja ke sini sebelum pulang ke Bandung. Tahu ada acara ini dari media sosial. Tiba di sini tadi sejak pukul 06.30. Kami ikut berebut gunungan dan dapat sayur-sayuran ini. Ini pengalaman pertama ikut syawalan,” ucap Jon.
Begi sebagian warga Kabupaten Pekalongan, berebut gunungan hasil bumi saat Syawalan ini dipercaya sebagai upaya mengalap berkah meski berdesak-desakan. {sumber}