DPP  

Firman Noor: Partai Golkar Terbiasa Berada di Kekuasaan Untuk Selalu Berkarya

Berita GolkarKader-kader muda Partai Golkar menggelar diskusi publik bertajuk ‘Siapa Cawe-Cawe Dalam Gonjang-Ganjing Partai Golkar?’ di Up All Might Space, Kemang, Jakarta Selatan pada Senin (19/08). Diskusi publik ini menghadirkan Khalid Zabidi (Golkar Garis Keras), Prof. Firman Noor (Pusrispol BRIN), dan Gde Sriana (Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies).

Dalam pemaparannya, Prof. Firman Noor menyampaikan apa yang terjadi hari ini merupakan implikasi logis dari interest seorang Jokowi untuk tetap eksis dalam perpolitikan nasional kita hari ini. Terlebih kondisi politik nasional hari ini yang lebih ke arah pragmatis dan oportunis. Sehingga orang luar dapat dengan mudah mengintersepsi kedaulatan partai.

“Peta politik yang terbangun di Indonesia lebih kepada pragmatisme. Ini adalah satu kesatuan politik yang diikat dengan suatu kepentingan sangat praktikal. Di Indonesia ini adalah realitasnya, orientasinya sesimpel memenangkan kontestasi elektoral,” ujar Prof. Firman Noor dikutip redaksi Radaraktual dalam pemaparannya.

“Ke depannya bukan tidak mungkin ada political switch yang baru membuat kekuasaan hari ini tidak nyaman. Karenanya kekuasaan hari ini harus memastikan eksistensinya. Apalagi target penguasa hari ini bukan 2024 atau 2029 tapi lebih dari itu. Step by step mulai disusun sampai ke anak dan cucunya,” sambungnya lagi.

Lalu kenapa Partai Golkar yang harus diintersepsi? Pertanyaan ini dijawab oleh Prof. Firman Noor dengan menyebut Partai Golkar sebagai sebuah institusi politik yang seksi dan menjanjikan di masa depan. “Sehingga wajar kekuatan yang ingin terus berkuasa, itu menganggap Partai Golkar sebagai sesuatu yang harus dipegang,” sebut Prof. Firman Noor.

Selain itu, Prof. Firman Noor turut menjelaskan mengapa Partai Golkar hari ini sangat mudah digoyang dan diintersepsi oleh pihak luar. Alasan paling logis adalah, Partai Golkar hari ini sudah sangat berbeda dengan masa lalu.

“Paling fundamental perbedaannya adalah ideologi. Partai politik yang kuat adalah partai politik yang ideologis. Kurang beruntungnya Partai Golkar, adalah dibungkus dengan jargon selalu berkarya. Sehingga menimbulkan mentalitas yang terpenting adalah menjaga status quo untuk tetap berada di kekuasaan,” tutur Prof. Firman Noor.

Karena itu, Prof. Firman Noor menilai bahwa pada akhirnya guncangan yang terjadi di Partai Golkar akan mudah termoderasi asal bersandar pada kekuasaan dan tetap dalam kontrol kekuasaan. Namun yang patut menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, apakah kekuasaan hari ini sudah mencocokkan pijakan dan sikap politik Partai Golkar dengan penguasa di masa mendatang?

“Pada akhirnya apabila ada goncangan, solusi akhirnya adalah mendekat pada kekuasaan. Kalau kita lihat beberapa peristiwa di Partai Golkar, selalu melekat pada kekuasaan. Analisis saya, sebentar lagi akan ada adjustment untuk membuat Partai Golkar tetap dalam kontrol kekuasaan,” pungkas Prof. Firman Noor. {politiknesia}