Berita Golkar – Anggota Komisi IV DPR RI, Firman Soebagyo memaparkan pentingnya keberadaan komoditas tembakau bagi perekonomian Indonesia. Mengingat komoditas tembakau ini bernilai ekonomis tinggi. Dalam bentuk cukai rokok, tembakau mampu menyumbang pendapatan nasional sebesar lebih dari 150 triliun rupiah per tahun.
Dalam sejarahnya, Firman mengungkapkan bahwa tembakau bukanlah komoditas asli Indonesia, VOC membawa komoditi ini masuk ke Indonesia dalam rangka untuk kebutuhan mereka.
Hingga kini keberadaan tembakau yang dibawa VOC tersebut mampu menghidupi hajat hidup orang banyak. Bahkan, lanjut Firman, tembakau Indonesia pernah menguasai pasar dunia. maka dari itu, menurutnya Indonesia patut bersyukur.
“Dulu kita punya yang namanya kantor pemasaran bersama di Bremen, tembakau Deli saat itu digunakan untuk mensuplai kebutuhan bahan baku cerutu di dunia. Sekarang sudah bergeser karena kita lemah dalam regulasi akhirnya tembakau ini diambil alih oleh Kuba. Ini ironis sekali dan tentunya harus menjadi perhatian kita,” jelas Firman Soebagyo yang juga anggota Baleg DPR RI ini.
Mengingat nilai ekonomi tinggi yang dimiliki tembakau, Firman Soebagyo mendorong Rancangan Undang-Undang (RUU) Komoditas Strategis yang dapat melindungi keberadaan tembakau. Sebab jika tembakau diperundangkan secara khusus, akan mengalami pertentangan dengan pemerintah. Namun di satu sisi melindungi komoditas ini sangat penting.
“Kalau kita tetap mendorong yang terkait dengan tembakau ini nomenklaturnya adalah RUU Pertembakauan, saya menjamin tidak akan selesai. Karena pemerintah sendiri tidak pernah berkompromi dengan masalah tembakau. Ini persoalan serius,” tutup Firman Soebagyo.
Berdasar penelitian terbaru dari Dosen Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI), Ratna Yuniati, tembakau memiliki manfaat ekonomis pada seluruh bagian tanamannya.
Tak selalu berkaitan dengan rokok, ia mencontohkan pohon tembakau dan limbah tembakau dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti diolah menjadi energi dan bahan bakar ramah lingkungan nabati atau biofuel, bahan bakar biopestisida, bahan biobriket, hingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk olahan kertas, bioetanol, bioplastik hingga pestisida alami. {redaksi}