Berita Golkar – Anggota Komisi IV DPR RI, Firman Soebagyo, memastikan bahwa seluruh stok beras yang berada di Gudang Bulog Cabang Pati dalam kondisi baik dan layak konsumsi. Kepastian ini disampaikannya saat melakukan kunjungan kerja bersama mitra kerja Bulog Pati pada Sabtu (02/08), untuk menindaklanjuti isu beredarnya beras oplosan di media sosial.
“Kunjungan ini dalam rangka mengecek kebenaran informasi yang berkembang di masyarakat, bahwa banyaknya peredaran beras oplosan. Dan kemudian juga yang paling menjadi perhatian kami, pemerintah sedang menyalurkan bantuan pangan untuk masyarakat,” ujarnya dalam dialog bersama jajaran Bulog Pati.
Firman meluruskan kabar yang beredar luas di media sosial. Menurutnya, informasi yang menyebutkan adanya beras oplosan di lapangan tidak terbukti. Ia pun menjamin bahwa beras yang disimpan dan didistribusikan Bulog dalam kondisi aman, termasuk beras bantuan pangan yang tengah digelontorkan pemerintah.
“Yang diposting di medsos menjadi konsen Komisi IV karena program ini, keputusan ini melibatkan antara Bapanas (Badan Pangan Nasional), Bulog dengan kami (Komisi IV DPR RI). Setelah kami cek di lapangan tidak seperti apa yang disampaikan medsos, artinya patut kita waspadai karena kejadian seperti ini sering terjadi,” tegas politisi Partai Golkar tersebut.
Kualitas beras impor maupun lokal pun turut diperiksa langsung olehnya bersama pimpinan wilayah Bulog Jawa Tengah dan pimpinan cabang Bulog Pati. Hasilnya, Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menyebut tidak menemukan beras dengan kualitas buruk di gudang mana pun, bahkan setelah dilakukan pemeriksaan secara acak.
“Kami sudah cek ke Bulog hampir nyaris tidak ada beras jelek di tumpukan manapun yang saya colok (periksa), baik yang dari India, Vietnam, Thailand, bagus-bagus, standar broken yang 5 persen, itu pun gak sampai. Lalu saya diajak masuk produk lokal, saya pilih lagi, ternyata beras medium yang standar brokennya 25 persen pun tak sampai, paling sekitar 15 persen. Artinya bahwa beras di stok, saya jamin bagus,” terangnya.
Namun begitu, Firman yang juga menjabat Wakil Ketua Fraksi Partai Golkar MPR RI turut mengkritisi sistem pengelolaan beras oleh pemerintah yang dinilainya belum optimal. Ia menilai bahwa kasus beras menurun kualitasnya karena masa simpan terlalu lama adalah akibat kurangnya pengelolaan oleh regulator, bukan kesalahan Bulog sebagai pelaksana teknis.
“Nah, kemudian ketika beredar di lapangan, ada satu-dua seperti kekuningan, ini harus dijelaskan karena beras ada yang stok lama, ada yang 8 hingga 12 bulan. Ini kesalahan pemerintah selaku regulatornya bukan Bulog, maka setiap bulan harus cuci gudang karena Bulog gak ada kewenangan kalau gak ada perintah, karena Bulog hanya sebagai pelaksana,” jelasnya.
Firman juga mengimbau masyarakat untuk aktif melapor jika menemukan bantuan beras yang kualitasnya tidak baik atau tidak sesuai takaran. Pemerintah telah menyediakan mekanisme penukaran, dan ia memastikan sistem ini berjalan di lapangan.
“Ada jaminan bilamana ada beras yang kualitas jelek bisa ditukar, termasuk jumlah kiloan. Saya cek random dengan Kades dan masyarakat tidak ada yang kurang,” imbuhnya.
Menutup keterangannya, Firman kembali menegaskan bahwa isu beras oplosan tidak terkait dengan Bulog. Jika ada praktik seperti itu di sektor swasta, maka hal tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah pusat melalui Bapanas dan Kementerian Perdagangan.
“Kalau ada oplosan dari swasta bukan tanggungjawab Bulog, tapi pemerintah (Bapanas dan Kementerian Perdagangan). Ini ketidaktahuan masyarakat, terlebih Bulog sekarang seperti robot bukan seperti zaman Pak Suharto, seperti itu kira-kira,” tandasnya.