Firman Soebagyo Usulkan 5 Juli Ditetapkan Sebagai Hari Ekonomi Pancasila

Berita GolkarWakil Ketua Fraksi Partai Golkar MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia, Firman Soebagyo, mengusulkan agar 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Ekonomi Pancasila. Usulan ini dimaksudkan untuk mengenang serta memperkuat semangat ekonomi nasional yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.

Menurut Firman, penetapan Hari Ekonomi Pancasila penting agar bangsa Indonesia tidak hanya mengingat Pancasila sebagai ideologi politik dan kenegaraan, tetapi juga sebagai pedoman dalam membangun kemandirian dan keadilan ekonomi.

“Hari Ekonomi Pancasila akan menjadi momentum untuk mengingatkan seluruh elemen bangsa bahwa pembangunan ekonomi harus selalu mengedepankan gotong royong, keadilan sosial, dan kemakmuran bersama,” ujar Firman.

Ia menekankan, nilai-nilai Pancasila menjadi fondasi yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan ekonomi nasional. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menuntun agar ekonomi dikelola dengan etika dan moralitas.

Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menegaskan bahwa pembangunan ekonomi harus menghargai martabat manusia serta menjunjung keadilan. Sila Persatuan Indonesia mengingatkan agar pengelolaan ekonomi tidak menimbulkan kesenjangan yang berpotensi memecah belah bangsa.

Lebih lanjut, Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan menegaskan pentingnya kebijakan ekonomi yang lahir dari musyawarah serta berpihak pada kepentingan rakyat. Sedangkan Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia menegaskan tujuan akhir pembangunan ekonomi, yakni terciptanya kesejahteraan yang merata.

“Melalui peringatan Hari Ekonomi Pancasila, kita diingatkan kembali bahwa Pancasila bukan hanya dasar negara, tetapi juga landasan etik dan moral dalam membangun perekonomian yang berkeadilan dan berkelanjutan,” tambah anggota Komisi IV DPR RI ini.

Ia menjelaskan, penetapan 5 Juli sebagai Hari Ekonomi Pancasila diharapkan mampu mendorong kesadaran masyarakat tentang pentingnya membangun ekonomi yang kuat dan mandiri. Kesadaran tersebut akan mengurangi ketergantungan Indonesia pada faktor eksternal yang penuh dinamika, seperti gejolak perdagangan internasional, perubahan iklim, dan ketidakstabilan politik global.

Di sisi lain, perekonomian nasional juga menghadapi tantangan domestik, mulai dari inflasi, pertumbuhan ekonomi, hingga neraca perdagangan. Menurut Firman, momentum Hari Ekonomi Pancasila akan memperkuat kesadaran kolektif untuk mengatasi tantangan tersebut dengan nilai kebersamaan dan gotong royong.

“Hari Ekonomi Pancasila bukan hanya peringatan seremonial, tetapi harus menjadi refleksi bersama bagaimana kita membangun sistem ekonomi yang berpijak pada nilai-nilai Pancasila, mandiri, dan berpihak pada kesejahteraan rakyat,” pungkasnya.

Leave a Reply