Gagal Berdampak, Firman Soebagyo Usul Alih Kelola TWA Punti Kayu ke Pihak yang Kompeten

????????????????????????????????????

Berita Golkar – Anggota Komisi IV DPR RI Firman Soebagyo menegaskan pentingnya restrukturisasi pengelolaan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu Palembang yang saat ini dinilai tidak maksimal. Firman mendorong agar pengelolaan TWA segera diputus (cut off) bila tidak mampu memberikan dampak signifikan, dan dialihkan kepada pihak yang lebih siap serta profesional.

“Kalau memang tidak mampu harus di-cut off. Dan kemudian dialihkan kepada siapa yang siap untuk mengelola secara profesional. Komisi IV akan memantau rencana kerjanya seperti apa ke depan,” kata Firman kepada Parlementaria usai pertemuan Kunjungan Kerja Spesfik Komisi IV DPR RI di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, Palembang, Sumsel, Jumat (18/7/2025), dikutip dari laman DPR RI.

Firman menekankan bahwa pengalihan pengelolaan tidak bisa sembarangan, harus ada konsep kerja sama yang jelas antara pemerintah daerah atau pihak swasta, lengkap dengan rekam jejak dan latar belakang pengelola. Ia menyarankan agar rencana strategis (renstra) jangka panjang selama 30 tahun disusun secara komprehensif, dengan prioritas pada pelestarian hutan.

“Kalau diberikan kepada Pemprov, Pemprov bekerja sama dengan siapa. Dan kalau diberikan ke swasta, swastanya siapa, background-nya harus jelas. Mereka harus bikin satu konsep pengelolaan ke depan, dalam kurun waktu 30 tahun itu renstranya seperti apa,” tegasnya.

Menurut Firman, tujuan utama pengelolaan TWA harus menyeimbangkan antara fungsi konservasi dan pariwisata. Ia menolak keras adanya penebangan pohon dalam kawasan tersebut. “Pelestarian kawasan hutan itu yang paling penting. Tidak boleh ada satu pun kayu yang dipotong,” tambahnya.

Lebih lanjut, Firman mengusulkan agar TWA Punti Kayu dikembangkan dengan konsep wisata terpadu yang edukatif dan berbasis pelestarian. Ia mengangkat contoh dari luar negeri yang mampu menjadi ruang publik produktif sekaligus penyumbang devisa, seperti hutan kota di Jerman dan taman nasional Yosemite di California, Amerika Serikat.

“Di Jerman, hutan kota itu dimanfaatkan masyarakat sekitar, misalnya untuk budidaya jamur atau tanaman. Ini menumbuhkan sense of belonging. Sementara di California, Yosemite menyumbang jutaan dolar bagi negara dari wisata alam yang tetap dilestarikan,” ungkap Firman.

Ia juga menyoroti potensi TWA Punti Kayu sebagai ruang edukasi dan rekreasi, termasuk kegiatan pramuka dan kuliner lokal yang bisa dikembangkan lebih jauh. Didukung akses transportasi seperti jalur kereta api dan jalan raya, TWA Punti Kayu menurutnya sangat strategis untuk dikembangkan secara berkelanjutan.

“Ini menarik sekali. Kegiatan pramuka, hingga kuliner lokal seperti pempek, ikan baung, bisa menjadi daya tarik. Ini luar biasa, apalagi akses jalan sudah ada, dekat dengan jalur kereta dan pinggir jalan raya. Sangat langka,” ujarnya.

Firman berharap pengelolaan baru nantinya tidak hanya menjaga kelestarian, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi negara dan masyarakat. “Hutan harus lestari, negara dapat pemasukan, pengelola untung, dan masyarakat bisa menikmati udara segar di taman wisata alam di tengah kota. Itulah yang kita harapkan,” tutupnya. {}