Berita Golkar – Bakal Calon Presiden (Bacapres) Ganjar Pranowo mengungkapkan optimismenya bahwa Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia, apalagi jika ia yang memegang tampuk kepemimpinan ke depan. Menurut Politisi Muda Golkar, Yuwono Setyo Widagdo hal tersebut menjadi kontradiktif lantaran ketika Ganjar Pranowo diberi kesempatan menjadi Gubernur Jateng saja mengubah Amdal demi jalannya investasi yang negatif.
“Bagaimana bisa dia mau menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan, lahan pertanian produktif di Jawa Tengah saja diganti dengan bangunan pabrik atau PLTU,” ujar Yuwono Setyo Widagdo.
Menurut Wasekjen DPP BM Kosgoro ini, permasalahan di Jateng hari ini sangat kompleks dari apa yang disebut penggiat lingkungan. Konversi lahan pertanian menjadi proyek-proyek pemerintah termasuk industrialisasi di Jateng justru memunculkan masalah baru seperti bencana ekologis.
“Jika tidak segera ditanggapi ke depan akan menyebabkan risiko lain seperti bencana ekologis besar yang tidak dapat dihindari, bagaimana kita mau bicara swasembada pangan?” tuturnya.
Mengutip dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, luas lahan di Jawa Tengah mencapai 3,2 juta hektare (ha) pada 2020. Dari jumlah itu, hanya 1,49 juta ha atau 46,5% lahan di Jawa Tengah dalam kondisi normal.
Sisanya masuk dalam kategori sangat kritis, kritis, agak kritis, dan potensial kritis. Secara rinci, lahan di Jawa Tengah yang masuk kategori sangat kritis mencapai 189,7 ribu ha atau 6%.
Lahan Jawa Tengah yang masuk kategori kritis mencapai 151,9 ribu ha atau 4,7%. Kemudian, ada 902,3 ribu ha atau 28% lahan di Jawa Tengah yang masuk kategori agak kritis. Sementara, 497 ribu ha lahan di Jawa Tengah masuk kategori potensial kritis. Proporsinya setara dengan 14,9% dari total luas lahan di Jawa Tengah.
Penetapan lahan kritis mengacu pada lahan yang rusak karena kehilangan penutupan vegetasinya. Hal itu menyebabkan kehilangan atau berkurang fungsinya penahan air, pengendali erosi, siklus hara, pengatur iklim mikro, dan retensi karbon. {redaksi}