Gde Sumarjaya Linggih Ingin Bandara Ngurah Rai Bali Tambah Kapasitas Penumpang

Berita Golkar – Anggota DPR RI dari Partai Golkar dapil Bali, Gde Sumarjaya Linggih memiliki dua anak yang juga terjun menjadi politikus dan beradu untuk menjadi caleg pada Pemilu 2024.

Anggota DPR yang akrab dipanggil Demer itu mengisahkan perjalanan karirnya dan dorongan dibangunnya Bandara Bali Utara, pada acara siniar (podcast) Tribun Bali bertajuk Gaspol dengan host Direktur Tribun Bali Fauzan Marasabessy sambil menumpang mobil Mazda CX60, baru-baru ini.

Berikut petikan wawancaranya:

Bapak dengan anak-anak, dua, juga mulai mengarah ke politik, Bli Ajus dan Bli Arsa. Apa bekal buat mereka berdua?

Sekarang ini lagi tren namanya politik dinasti.

Kebanyakan orang itu melihat figur adalah seorang ayah.

Begitu juga seorang ayah, biasanya berharap figurnya diikuti oleh anaknya dan bahkan berharap lebih baik dari seorang bapak.

Sama dengan banyak sekarang ini dokter anaknya dokter dokter, notaris anaknya jadi notaris, pegawai bank anaknya jadi pegawai bank.

Tidak memungkiri karena memang kesehariannya dia begitu.

Anak-anak saya lagi, kan saya 19 tahun di DPR, jadi dia yang dengar politik dikit-dikit, ada tamu-tamu politik.

Kemudian tertanamlah di otak kecilnya, otak di bawah sadarnya, akhirnya berkembang.

Anak muda itu harus punya untuk berani berjuang.

Kalau saya dulu, saya tuangkan dalam ngebut. Jadi waktu muda itu emosinya salah penyaluran.

Sekarang ini ada anak-anak yang mau menyalurkan emosinya, keberaniannya nanti untuk berjuang di masyarakat, berjuang untuk masyarakat.

Akhirnya dari situ saya menyetujui mereka untuk maju ke arah politik karena melalui politik juga kita sebenarnya lebih mampu untuk memberikan manfaat ke masyarakat.

Marena kalau kita uang pribadi kan keterbatasan kita untuk membantu mereka.

Jangan menganggap bahwa politik itu selalu kotor, enggak, kita ini semua di lingkungan politik.

Melalui politik sebenarnya kita bisa berjuang lebih banyak, menjuangkan idealisme, menjuangkan pemikiran-pemikiran, ide gagasan.

Tagline Bapak juga kan Berjuang Demi Bali yang Gemilang. Bali bukannya sudah gemilang?

Belum, masih jauh dari gemilang masyarakatnya. Kalau dilihat di Denpasar dan Bandung iya gemilang.

Kemarin saya coba membantu untuk teman-teman yang kekeringan di daerah Ban, di situ mereka airnya sulit. Iya air minum aja sulit.

Bahkan ada di di Buleleng tengah, saya datang ke Desa Pakisan mereka untuk air minum aja sulit, apalagi kita bicara mandi. Kemarin saya perjuangkan berhasil. Mereka senang sekali.

Golkar ini kan di Bali hanya dua kursi (DPR RI)?

Kita masih kecil di Bali, kita baru sekitar 18 persen .

Kita ini sebenarnya ingin adanya keseimbangan politik di Bali karena di situlah terjadi good governance, di situlah terjadi demokrasi yang berkualitas, demokrasi yang berkualitas itulah akan menyebabkan good governance.

Karena akan terjadi saling kontrol antara legislatif, eksekutif dan yudikatif. Eksekutif akan dikontrol oleh legislatif dan yudikatif.

Sekarang ini kebetulan karena mayoritasnya satu di legislatif, jadi kontrolnya ini rasanya agak sulit karena ketika diambil keputusan di forum di forum resminya DPR, enggak bisa, kalah suara.

Jadi apapun kemauannya eksekutif, terpaksa disetujui karena pemerintahannya dikuasai oleh eksekutif juga karena gubernurnya adalah dari partai yang mayoritas.

Mudah-mudahan nanti akan berkembang ke tidak adanya mayoritas di Bali sehingga politik itu berimbang.

Balik lagi terkait bandara itu. Kapasitas bandara yang sekarang airport Ngurah Rai?

Airport Ngurah Rai sekarang ini kapasitasnya 28 juta, itu menurut petunjuk dari mereka karena kan saya juga membidangi itu.

Waktu dulu itu, kita sudah sampai 25 juta waktu 2019, itu nah sekarang itu sudah mencapai 21 juta lebih hampir ke 22 juta.

Kalau waktu normal itu naik 9% per tahunnya. Artinya dalam berapa tahun ke depan, kalau ini mulai normal, ini tahun depan normal ini 2024 normal, berarti kan terjadi 24 juta.

Anggaplah 24 juta. Kalau untuk ke 28 juta itu hanya memerlukan 2 tahun. Berarti kita mempunyai waktu 3 tahun ini untuk airport ke depan sudah penuh.

Saya tanya mungkin enggak lagi untuk menambah kapasitas? memungkinkan sampai 35 juta asal direklamasi ke baratnya terus dibangun lagi ke baratnya maka bisa menjadi 35 juta.

Tapi itu bukan sangat sulit karena perlu lagi investasi. Berapa investasinya? 15 triliun. 15 triliun enggak mungkin itu dari dalam katanya dari investasi dari AP1-nya.

Kalau bangun bandara?

Sementara di utara itu, membangun bandara itu sudah ada swasta yang mau bahkan ada saingan swasta yang mau. Berebutan.

Tinggal kebijakan daripada pemerintah saja ini. Begitu kebijakan ada, pemerintah ada, oke dimenangkan salah satu itu, mulai airport itu terbangun.

Itu banyak sekali dampaknya. Kalau airport tidak jalan, airport tidak ada yang bangun lagi, nanti airport ini penuh. Jadi keluar dan masuk ke Bali ini sangat mahal.

Setelah itu susah masuk dia maka akhirnya kamarnya over supply karena apa ada orang yang membangun terus.

Siapa punya tamu atau punya kenalan luar negeri invest di Bali pingin invest hotel di Bali, punya chance, punya pasar di luar negeri.

Membangun kan enggak ada larangan di sini. Akhirnya apa yang terjadi? ya perang tarif hotel, yang mati ya yang kecil-kecil, yang enggak punya hubungan internasional dan sebagainya itu akan menderita betul.

Oleh karena itu saya berharap ini airport di Utara itu harus segera mungkin. Kedua, infrastrukturnya adalah kereta api. Sudah direncanakan Januari ini dari airport menuju Canggu.

Di samping ada dua airport, ada kereta api dari Bali Utara. Dulu ada juga pemikiran Pak Jero Wacik, di samping dua airport, kereta keliling. Keliling Pulau Bali ini. Akan sangat memudahkan.

Selain bandara, kita juga tahu yaitu Tol dari Denpasar menuju ke Negara. Gimana bapak melihat ini?

Kalau Tol, okelah itu kan Tol swasta. Tapi kalau pemerintah mau bagian Tol, mestinya tidak lagi mengarah ke Selatan karena nanti di Selatan semakin numplek.

Semakin numplek, pertumbuhannya tinggi, kasihan masyarakat lokal. Dia menikmati kemacetan, dia menikmati sampah, dia menikmati banjir. Kan ini problem-problemnya.

Dia juga menikmati kemahalan dari harga-harga makanan, sayur mayur mahal, dagingnya mahal, semuanya mahal karena sewa pasarnya juga mahal.

Maka dari itu saya berharap mulai pemecahannya, yaitu kembali kepada awal daripada studi Tol itu adalah ke Gilimanuk ke Seririt, ke Soka Tabanan.

Ini untuk masyarakat Jembrana juga. saya kasihan saya masih saya bingung juga. Kasihan juga pedagang-pedagang lokalnya itu.

Contoh-contoh kayak di Jawa kan sudah ada contohnya. Semenjak Tol Bandung jadi?

Sekarang yang namanya Puncak kan sepi juga. Puncak hanya Sabtu Minggu aja yang macet. Selebihnya sepi yang dulunya hampir tiap hari itu ramai.

Kemacetan ini salah satu problem yang sekarang kita hadapi. Selain macet, ada sampah. Bagaimana pak?

Tadi saya bilang untuk pertumbuhan yang bagus itu infrastruktur human capital kemudian ada Good Governance.

Bagaimana kita sekarang menikmati yang namanya gemerlapnya pariwisata tapi persoalan sampah enggak selesai. Pajak itu adalah sebenarnya untuk pelayanan. Itu konsep pajak. Memungut pajak itu untuk konsep pelayanan. Apa yang dilayani? itu termasuk sampah.

Saya berharap tidak ada kepentingan pribadi. Sering sekali kita tahu DPRD kita studi banding. Ayolah studi bandingnya studi banding ke persoalan sampah. Kan kita bisa searching sekarang, gampang sekali di mana pengelolaan sampah yang terbaik, iya Singapura yang terbaik, oke Singapura kita.

Saya rasa kalau uang hanya untuk dana mengelola sampah, saya rasa ada kalau sekedar sampah karena ada pungutan sampah juga kepada masyarakat.

Jadi saya lihat keseriusan daripada pemerintah untuk menangani ini, itu kunci utamanya. Bukan berarti itu barang yang sangat sulit dipecahkan karena tidak hanya terjadi di kita, terjadi di belahan dunia di mana pun kota besar.

Paling masalahnya apa, uang dana, dana itu kan ada untuk sampah. Kita bermiliar-miliar, bertriliun-triliun kita punya penghasilan dari hasil gemerlapnya pariwisata. Kenapa ada pajak pariwisata, karena kita harus ada manfaat untuk kita hidup nyaman. Pariwisata ini kan istilah saya itu ayam bertelur emas. Harus dipelihara juga ayam bertelur emas. Apa itu salah satunya? ya sampahnya harus dipelihara. Jadi sehingga nyaman bagi si ayam untuk bertelur. Turis itu kan dua aja. Aman dan nyaman.

Kalau nanti situasi dari Pilpres ini memungkinkan, kemudian ada amanat dari Partai Golkar untuk bertarung, berkontestasi di Bali satu?

Hidup ini mengalir saja. Artinya saya jalani aja, apa adanya. Saya berusaha keras, bekerja keras, nanti apapun hasilnya, saya jalani. Sampai saya mau jadi DPR 2003, itu mungkin saya belum pernah berpikir untuk jadi DPR. Jadi air mengalir saja.

Ketika 2003 diajak teman, diajak untuk masuk ke Golkar, diajak terus untuk jadi DPR, saya baru terpikir itu. Jadi saya tidak pernah memplanning sebelum 2003 memplaning diri untuk menjadi DPR. Jadi saya seperti mengalir aja. Nanti kita lihat aja. Saya meyakini memang ini sering kali petunjuk di Atas yang mengatur hidup saya. Oh kamu tuh begini.

Kemarin juga tiba-tiba covid hampir meninggal. Tahu-tahu ada juga obatnya yang datang, kalau telat saya covid seminggu aja, mungkin meninggal. Saya sembuh itu ada namanya obat Gamaras itu setelah seminggu, setelah saya sembuh, seminggunya itu kosong di seluruh Indonesia. Banyak korban teman saya. Dapat di Bali cuman harganya sudah mahal. Sudah lima kali lipat. {sumber}