DPD 1  

Gelar Dikpol Literasi Politik. Sugawa Korry Harap Anak Muda Adaptif Hadapi Perubahan

Berita Golkar – Menjelang tahun politik, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Provinsi Bali memanaskan mesin partai dengan menggelar Pendidikan Politik Kader Partai Golkar bertajuk “Golkar Solid, Bali Jaya, Indonesia Maju” di Wantilan Sekretariat DPD Partai Golkar Bali, Denpasar, Sabtu (14/6/2025).

Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Ketua DPD Partai Golkar Bali, Dr. Nyoman Sugawa Korry, didampingi Ketua Dewan Pertimbangan DPD Golkar Bali, Wayan Subawa, jajaran senior Golkar, serta perwakilan dari Kesbangpol Provinsi Bali.

Pendidikan politik ini menghadirkan dua narasumber kompeten, yakni Dr. Nyoman Subanda, pengamat politik dan kebijakan publik yang juga akademisi Undiknas, dengan materi bertema “Peran Partai Golkar dalam Pembangunan: Dulu, Sekarang, dan Yang Akan Datang”, serta I Made Artanegara dari Kesbangpol Bali yang membawakan materi “Pancasila dan UUD 1945”.

Ketua DPD Partai Golkar Bali, Dr. Sugawa Korry, menyampaikan kebanggaannya karena peserta pendidikan politik kali ini didominasi oleh anak muda. Politisi senior Partai Golkar ini menekankan bahwa generasi muda adalah pemilik sah masa depan bangsa dan perlu dibekali literasi politik sejak dini.

“Saya bangga yang hadir banyak anak muda. Mereka penting diberikan literasi politik. Tidak bisa membangun bangsa tanpa keputusan politik. Maka mereka harus paham apa itu politik dan bagaimana implementasinya,” ucap Sugawa Korry, dikutip dari BaliBerkarya.

Sugawa Korry yang juga dikenal mantan Wakil Ketua DPRD Bali ini menyoroti pentingnya kesiapan kader dalam menghadapi perubahan, mengingat dinamika politik yang terus bergerak dan tidak pernah statis. Dalam pandangannya, perubahan merupakan keniscayaan dalam dunia politik. Mengacu pada sejarah politik nasional, perubahan besar biasanya terjadi setiap tiga dekade.

Kepemimpinan Bung Karno yang berlangsung selama 27 tahun diakhiri dengan pergantian kekuasaan, diikuti oleh rezim Orde Baru yang bertahan selama 30 tahun sebelum tumbang pada 1998 dan melahirkan era Reformasi. Menjelang tahun 2029, yang menandai 30 tahun usia Reformasi, diprediksi akan kembali terjadi perubahan signifikan dalam lanskap politik Indonesia, termasuk di Bali.

“Politik berubah setiap 30 tahun sekali. Bung Karno 27 tahun berkuasa, lalu digantikan. Pak Harto, 30 tahun, juga harus berhenti. Tahun 2029, Reformasi genap 30 tahun. Saya yakin akan ada perubahan besar di Indonesia dan Bali,” tegas Politisi senior Partai Golkar ini.

Dengan mengangkat analogi kepunahan dinosaurus, Sugawa Korry menekankan bahwa kekuatan fisik atau kejayaan masa lalu tidak cukup untuk bertahan di tengah perubahan zaman. Ia menggarisbawahi bahwa hanya kader yang adaptif, mampu menyesuaikan diri, dan memiliki intelektualitas tinggi yang akan mampu eksis dan bertahan dalam dinamika politik yang terus berubah.

Kemampuan membaca arah perubahan dan menyesuaikan strategi dinilai sebagai kunci untuk menjaga eksistensi dan relevansi Partai Golkar ke depan.

“Dinosaurus itu besar dan kuat, tapi punah karena tidak mampu menyesuaikan diri. Kader Golkar harus adaptif, mampu menyesuaikan diri dan intelektualitasnya dengan perubahan lingkungan strategis,” pesannya.

Tokoh asal Banyuatis Buleleng ini menegaskan bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia di tubuh Partai Golkar merupakan aspek krusial dalam menghadapi tantangan politik ke depan. Pendidikan menjadi salah satu indikator utama dalam membangun kapasitas kader.

Golkar mendorong kader-kadernya untuk terus menempuh pendidikan tinggi, mulai dari jenjang sarjana hingga pascasarjana. Beberapa kader bahkan telah menunjukkan komitmen tersebut, seperti anggota Fraksi Golkar DPRD Denpasar, Yonathan Andre Baskoro, yang telah meraih gelar doktor, dan Wakil Ketua DPRD Denpasar yang juga Ketua DPD Golkar Denpasar, I Wayan Mariyana Wandhira, yang telah menyelesaikan pendidikan S-2.

“Kader Golkar SDM-nya harus lebih baik. Yang SMA harus kuliah, lanjut S-2, bahkan S-3. Contohnya, anggota Fraksi Golkar DPRD Denpasar, Jonathan, sudah S-3. Wakil Ketua DPRD Denpasar, Wandhira, sudah S-2,” ungkapnya.

Sugawa Korry juga menekankan bahwa loyalitas terhadap keputusan partai merupakan prinsip yang tak bisa ditawar. Perbedaan pendapat di internal partai dianggap hal yang lumrah dalam dinamika organisasi, namun ketika keputusan telah diambil secara kolektif, seluruh kader wajib tunduk dan menjalankannya secara disiplin. Keselarasan langkah dan kebersamaan dalam menjalankan arah kebijakan partai diyakini sebagai kunci untuk menjaga soliditas dan membesarkan Partai Golkar.

“Perbedaan pendapat itu wajar, tapi ketika partai sudah ambil keputusan, semua kader wajib melaksanakannya. Kita harus berjalan seiring seirama untuk kebesaran Partai Golkar,” harapnya.

Sugawa Korry di akhir arahannya memastikan bahwa pendidikan politik seperti ini akan terus digelar di seluruh kabupaten/kota se-Bali, sebagai bagian dari penguatan organisasi dan konsolidasi menyeluruh menuju kemenangan Golkar. “Golkar harus bangkit. Pendidikan politik ini akan kami lakukan di semua kabupaten,” pungkasnya. {}