Berita Golkar – Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar Sosialisasi Nilai-nilai Pancasila melalui budaya kepedulian dalam kehidupan masyarakat Sunda di Garut.
Kasubag Tata Usaha Sesditjen Kebudayaan Kemendikbudristek Fatwa Yulianto menjelaskan, bahwa Indonesia merupakan negara paling dermawan di dunia.
Ada 3 aspek penilaian, yang menjadikan Indonesia sebagai negara paling dermawan, yakno aspek membantu orang asing yang tidak dikenal, aspek perilaku menyumbang uang ke badan amal, aspek membangun waktu dalam kegiatan relawan.
“Indonesia menjadi negara dermawan sebagai bentuk penerapan Nilai-nilai Pancasila,” ujarnya saat sosialisasi, di Garut, Rabu (7/2/2024).
Suku Sunda punya nilai dan kontribusi yang besar dalam menjadikan Indonesia sebagai negara dermawan. Kebudayaan masyarakatnya sangat relevan karena mencerminkan kepedulian yaitu gotong royong.
“Dilakukan kebudayaan perlindungan pemanfaatan dan pembinaan. ini selamanya dirasakan dan tewariskan dsri generasi kegenerasi,” ujar Fatwa.
Anggota Komisi X DPR RI Fraksi Partai Golkar, Ferdiansyah mengatakan implementasi nilai-nilai Pancasila suku Sunda sudah sangat baik. Namun sosialisasi ini dilakukan untuk menyadarkan kembali masyarakat untuk kembali kepada nilai-nilai luhur Pancasila.
“Prinsipnya hampir sama Implementasinya, menyadarkan kembali kepada masyarakat. Sebenarnya nilai2 pancasila sudah diterapkan dalam khidupan sehari-haru. Hanya saja tidak tersadarkan,” kata dia.
Senyum, sapa, salam, keramah tamahan, sifat tolong menolong, adalah ciri-ciri karakter asli bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pancasila. Namun biasanya setiap suku punya ciri khas masing-masing dalam pengimplementasiannya.
“Sosialisasi ini mengingatkan kembali, menyamakan persepsi, serta budaya ini bukan dalam arti sempit,” katanya menegaskan.
Namun ternyata ada budaya Indonesia yang mulai hilang baru-baru ini. Khususnya semenjak teknologi mulai menjadi sahabat baik manusia dan melaju sangat pesat.
Budaya itu adalah bertanya dan berkomunikasi dengan orang terdekat secara langsung. Karena belakangan masyarakat lebih banyak mengandalkan teknologi untuk menjangkaunya.
Seharusnya, kata Ferdiansyah, budaya bertanya dan berkomunikasi secara langsung tidak boleh dihilang. Sebab beberapa kejadian, karena malu bertanya dan masyarakat lebih mengandalkan peta elektronik pada gadget, mereka tersesat bahkan hingga ke hutan.
“Mengandalkan teknologi, lupa bahwa budaya bertanya kepada sesama itu tidak dilakukan. Lebih banyak menggunakan teknplogi, misalnya GPS. Padahal dengan GPS suka diarahkan ke jalan tikus yg gak sesuai,” ungkapnya.
Ferdiansyah berharap, sosialisasi Nilai-nilai Pancasila melalui budaya kepedulian dalam kehidupan masyarakat Sunda bisa menjadi pionir untuk diteruskan.
Menurutnya, penerapan Nilai-nilai Pancasila perlu dimilai dengan hal yang ringan, seperti menghormati orang yang lebih tua, menghargai prestasi orang lain dan senyum, salam, sapa. “Ini yang mulai hilang dari bangsa Indonesia,” katanya. {sumber}