Berita Golkar – Usia Golkar sudah melewati setengah abad. Persisnya pada 20 Oktober 2023, partai berlambang beringin ini genap berusia 59 tahun. Tentu saja harus digaungkan sebagai momentum berharga menebalkan pundi elektoral Golkar. Apalagi bertepatan dengan warsa atau tahun politik menyongsong pemilu dan pilkada serentak 2024.
Seiring dinamika di ujung tahun politik. Seperti diketahui, DPP Golkar (hingga artikel ini dirangkai Rabu (11/10/2023), sudah bergabung dalam koalisi partai pengusung capres Prabowo Subianto. Penantian mendebarkan yang masih ditunggu adalah keputusan politik: siapa cawapresnya? Padahal pendaftaran pasangan capres/cawapres tinggal seminggu lagi, persisnya dijadwalkan pada 19 – 25 Oktober 2023.
Bergabung dalam koalisi kelompok partai pengusung pasangan capres/cawapres tertentu, tentu saja dengan sejumlah pertimbangan. Salah satu di antaranya adalah efek ekor jas yang diharapkan bakal mendongkrak elektoral partai pengusungnya. Pertanyaannya, apakah Golkar juga akan kebagian efek ekor jas atas keputusan mendukung capres Prabowo Subianto yang adalah Ketum Gerindra?
Kajian Djayadi Hanan, Ph.D, terkait efek ekor jas layak menjadi referensi mencermatinya. Melalui artikelnya (Kompas, 19/2/2018), Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia itu mengingatkan bahwa pengaruh ekor jas dipastikan berefek positif bagi partai asal capres dan juga cawapresnya. Sebaliknya, bagi partai koalisi di luar itu, kemungkinan kebagian efek ekor jas sangat ditentukan seberapa dalam pimpinan bersama mesin partai bersangkutan mengasosiasikan dirinya dengan capres/cawapres yang diusung.
Pupuki Beringin
Cukup dulu seputar dinamika urusan pencapresan. Menyongsong HUT 59 tahun Golkar, mesin partai, khususnya di NTT, sepakat mesti “mengolahnya menjadi sesuatu yang berharga”, sekadar meminjam tagline khas Melki Laka Lena yang kini Ketua DPD Golkar NTT dan juga Wakil Ketua Komisi IX DPR RI. Poin pentingnya: terus bergiat memupuki beringin Golkar yang sejatinya telah “tumbuh” meluas hingga pelosok kampung sejak 59 tahun lalu. Karena demikian adanya, maka analogi pemupukan dimaksud adalah agar mesin partai ini terus aktif menyegarkan ingatan publik perihal jejak dan kiprah panjang Golkar sebagai pejuang aspirasi masyarakat.
Tekadnya, beringin Golkar hingga bersama era reformasi harus tetap tumbuh rimbun. Apalagi Golkar sudah membuktikannya. Apa pun tantangan atau bahkan seganas apa pun badainya, terbukti Golkar tetap eksis, meski rimbunannya belakangan tak lagi sesubur saat bersama orde baru.
Mendukung tekad itu, ditambah lagi bertepatan dengan warsa politik, Golkar se-NTT sepakat menggemakan kesempatan baik 59 tahun Golkar melalui berbagai kegiatan berefek elektoral. Tentu saja sangat dianjurkan menggelar kegiatan yang melibatkan masyarakat luas. Berbagai kegiatan dimaksud di antaranya: jalan sehat, turnamen sepak bola, turnamen voli, pacuan kuda, berbagai jenis lomba, bakti sosial, donor darah, berkunjung ke panti panti dan para penjasa Golkar, dan lainnya.
Mungkin hanya terjadi di NTT. Golkar di provinsi ini ternyata sudah menyemarakkan 59 tahun partainya sejak Agustus atau dua bulan menjelang puncak HUT-nya, 20 Oktober. Sebut di antaranya adalah turnamen sepak bola “Torongbesi Cup” dan lomba dayung sampan tradisional. Kedua kegiatan itu digelar di Reo, pesisir utara Manggarai, atas inisiasi John Nembo, caleg DPRD NTT dapil Manggarai Raya.
Khusus lomba dayung sampan tradisional, digelar di muara Waepesi, Reo, pada pekan ketiga Agustus 2023. Seperti disaksikan, lomba itu sungguh menyedot perhatian luas. Reo yang merupakan kota terpadat kedua setelah Ruteng di Manggarai, siang itu hingga petang berubah lengang. Sekitar seribuan warganya tumpah ke bantaran muara Waepesi. Mereka bersorak-ria bahkan hingga berteriak histeris menyaksikan lomba, terutama menjelang titik finis.
Pada saat yang sama, persisnya Jumat (18/8/2023), kibaran bendera kuning Golkar berbagai ukuran mendominasi wajah kota pesisir Reo. Bagi sejumlah kelompok warga dewasa, menyaksikan lomba dayung sampan tradisional siang itu sekalian meretas nostalgia masa lalu. Benar saja. Lomba itu ternyata pernah akrab dengan warga setempat karena sering digelar hingga sekitar 40-an tahun lalu.
“Lomba ini selain mengingatkan kembali tradisi lomba yang pernah seru hingga tahun 1970-an, juga sekalian memeriahkan HUT 78 tahun RI dan 59 tahun Golkar yang berpuncak pada 20 Oktober 2023,” kata John Nembo.
Masih di Manggarai. HUT 59 tahun Golkar juga dimeriahkan dengan menggelar turnamen voli yang dipusatkan di Owak, Cibal, medio September lalu. Turnamen berjudul “Liang Rangkeng Cup” diikut 64 tim (masing masing 32 tim putra dan 32 tim putri), terselenggara atas inisiasi Yoakim Jehati, yang adalah Ketua Golkar Manggarai/Ketua Fraksi Golkar DPRD Manggarai. Menyongsong Pemilu 2024. Yoakim Jehati juga caleg DPRD Manggarai Dapil Cibal Raya, Reok dan Reok Barat.
Di tingkat provinsi, HUT 59 tahun Golkar sudah digemakan sejak pekan pertama Oktober. Rangkaian kegiatannya diawali lomba cerdas cermat dan lomba mewarnai pada Jumat dan Sabtu (6-7/10/2023).
Golkar NTT menggaungkan 59 tahun Golkar dengan menggelar berbagai kegiatan. Seperti dijelaskan Ketua Panitia HUT Golkar NTT, Libby Sinlaeloe, puncak kegiatannya menggelar jalan sehat di Kota Kupang. “Jalan sehat itu rencananya melibatkan sekitar 10.000 warga Kota Kupang dan sekitarnya, pada Sabtu 21 Oktober,” tutur Libby yang adalah caleg DPRD NTT dari Dapil Kabupaten Kupang, Rote Ndao dan Sabu Raijua.
Berakar Kuat
Rupanya tak cukup menyemarakkan HUT 59 tahun Golkar hanya dengan berbagai kegiatan yang menyedot banyak massa. Keluarga besar Golkar, apakah level nasional atau regional NTT, perlu menggenggam fakta bernutrisi kuat. Fakta dimaksud: bahwa Golkar adalah partai tua yang terbukti berakar kuat hingga pelosok kampung.
Buktinya? Catat! Golkar bersama era reformasi pun tetap bertengger menempati tangga atas. Contoh di level nasional, misalnya, dari lima kali pemilu selepas orde baru, Golkar pernah keluar sebagai pemenang pada pemilu 2004. Lalu melalui empat pemilu lainnya, Golkar tak beranjak dari posisi dua atau tiga.
Agak berbeda dengan level nasional, Golkar di NTT lebih kokoh akarnya. Dari lima kali pemilu era reformasi, empat di antaranya menempatkan Golkar sebagai pemenangnya. Kecuali pada pemilu 2019, Golkar NTT menjadi pemenang kedua setelah PDI Perjuangan dengan keunggulan tipis, hanya 3.000-an suara. Meski begitu, kedua partai sama sama mengantongi 10 kursi di DPRD NTT.
Kalau begitu, apa pun kegiatan yang dilakukan oleh keluarga besar Golkar, termasuk di NTT, semuanya adalah bagian dari upaya memupuki beringin Golkar agar tetap rimbun. Syukur kalau rimbunannya bertambah lebat dan kian lebar! {sumber}
Oleh: Frans Sarong, Wakil Ketua Golkar NTT