Gubernur Melki Laka Lena Buka Diri Atas Aspirasi Generasi Muda NTT

Berita Golkar – Ratusan kaum muda dari berbagai penjuru Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar pertemuan konsultatif dengan Gubernur NTT, Melki Laka Lena, untuk menyampaikan langsung aspirasi, rekomendasi kebijakan, serta berbagai tantangan yang mereka hadapi.

Pertemuan yang berlangsung pada Selasa (27/5/2025) ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk menyuarakan isu-isu krusial di berbagai sektor, mulai dari pendidikan, infrastruktur, kesehatan, hingga ekonomi.

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), berbagai komunitas kaum muda, serta organisasi masyarakat sipil. Tujuannya adalah untuk memperkuat sinergi antara kebijakan Pemerintah Provinsi NTT dengan kebutuhan riil generasi muda yang merupakan seperempat dari total populasi NTT (BPS, 2024).

Tantangan Serius Menghimpit Generasi Muda NTT:

Meskipun memiliki potensi demografi yang besar, kaum muda NTT masih bergulat dengan berbagai tantangan. Akses terbatas terhadap pendidikan tinggi dan pelatihan vokasi menjadi kendala utama, yang berujung pada minimnya kesempatan kerja yang layak.

Kondisi ini memaksa banyak pemuda untuk merantau atau bekerja di sektor informal dengan penghasilan tidak stabil. Data BPS 2023 mencatat tingkat pengangguran terbuka di NTT sebesar 3,14 persen, dengan hanya sekitar 40 persen kaum muda yang mengenyam pendidikan tinggi.

Selain itu, isu kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi dan mental, serta diskriminasi berbasis gender dan disabilitas, semakin memperburuk kerentanan sosial di kalangan pemuda, terutama perempuan dan penyandang disabilitas.

Curahan Hati Kaum Muda dalam Dialog Terbuka:

Dalam dialog yang berlangsung terbuka dan konstruktif, perwakilan kaum muda dari berbagai kabupaten menyampaikan isu-isu mendesak yang mereka alami di wilayah masing-masing:

Infrastruktur: Kondisi jalan rusak parah masih menjadi keluhan utama di berbagai daerah, seperti Kecamatan Amfoang (Kabupaten Kupang) dan Desa Kueknutu (Kabupaten Nagekeo), bahkan di ibukota provinsi, Kupang. Keterbatasan jalan penghubung antar wilayah dinilai menghambat akses pendidikan, kesehatan, dan aktivitas ekonomi.

Ekonomi: Pelaku UMKM, khususnya yang bergerak di bidang kerajinan dan obat tradisional, masih kesulitan dalam mengakses pasar dan mengembangkan keterampilan digital. Sementara itu, lulusan SMA/SMK dinilai belum siap kerja akibat minimnya pelatihan vokasi yang relevan dengan kebutuhan industri.

Pendidikan dan Teknologi: Keterbatasan keterampilan digital pada guru, minimnya akses internet dan listrik di sejumlah wilayah, menjadi penghalang dalam proses belajar mengajar yang efektif.
Kesehatan: Lemahnya sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak tercermin dari minimnya fasilitas kesehatan dasar, termasuk akses air bersih, sanitasi, dan tingginya angka stunting.

Anna, perwakilan dari Komunitas Tuli Kupang, menekankan pentingnya pelibatan kaum muda, termasuk penyandang disabilitas, dalam setiap tahapan pembangunan.

“Realitas ini menggambarkan bahwa kami sebagai kaum muda tidak hanya ingin dilihat sebagai penerima manfaat pembangunan, tapi juga sebagai mitra strategis yang perlu dilibatkan dalam setiap tahap perencanaan. Kami dari kelompok disabilitas juga berharap program-program Gubernur NTT bisa membuka peluang peningkatan kapasitas di bidang usaha dan akses kerja yang lebih inklusif,” ujarnya, dikutip dari INews.

Rekomendasi Konkret untuk Masa Depan NTT:

Sebagai hasil konsolidasi lintas kabupaten, kaum muda NTT mengajukan tiga fokus utama rekomendasi kebijakan kepada Gubernur:

Pendidikan dan Perlindungan Anak:
Integrasi isu bullying, kesehatan mental, dan literasi digital ke dalam kurikulum pendidikan.
Peningkatan kapasitas guru Bimbingan Konseling (BK) dan penempatan psikolog anak di sekolah.
Rehabilitasi infrastruktur sekolah serta transparansi pemanfaatan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Infrastruktur, Kesehatan, dan Lingkungan:
Prioritas pembangunan jalan penghubung antar wilayah, perluasan akses listrik dan internet.
Penguatan fungsi posyandu dan peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak.
Implementasi program kebersihan lingkungan rutin di setiap kecamatan.
Ekonomi dan Budaya:
Penyelenggaraan pelatihan vokasi dan kewirausahaan bagi kaum muda.
Dukungan digitalisasi bagi usaha mikro perempuan.
Pengembangan klasterisasi wilayah pembangunan yang memperhatikan pelestarian budaya lokal.

Komitmen Gubernur NTT:

Menanggapi aspirasi dan rekomendasi tersebut, Gubernur NTT, Melki Laka Lena, menegaskan komitmennya untuk membuka ruang partisipasi reguler bagi kaum muda dalam proses pembangunan daerah.

“NTT hanya bisa maju jika kaum mudanya berdiri di garis depan perubahan. Aspirasi yang disampaikan hari ini akan menjadi referensi utama dalam penyusunan Rencana Pembangunan Daerah ke depan,” tegasnya.

Gubernur juga menekankan peran penting anak muda dan perempuan sebagai penggerak pembangunan di berbagai sektor, termasuk pertanian, peternakan, perikanan, dan energi terbarukan.
“Intinya adalah pemerintah mendorong anak muda dan perempuan untuk tampil sebagai penggerak ekonomi di NTT,” jelas Laka Lena.

Pertemuan yang difasilitasi oleh Plan Indonesia ini menjadi momentum penting yang menunjukkan bahwa generasi muda NTT tidak hanya menjadi objek pembangunan, tetapi juga memiliki visi dan solusi konkret untuk masa depan provinsi mereka. Partisipasi aktif dan aspirasi yang disuarakan menjadi modal berharga untuk mewujudkan NTT yang lebih setara dan sejahtera. {}