Berita Golkar – Mari bercerita tentang kehidupan di pelosok negeri. Keluarga-keluarga berjuang dengan penghasilan yang tak pernah cukup. Tak ada harapan untuk mengubah nasib. Anak-anak yang seharusnya berlarian di sekolah, justru direnggut waktunya untuk belajar menimba ilmu demi membantu orang tua menjual gorengan di pasar.
Benar, untuk pendidikan dasar memang sudah dijamin Undang-Undang sesuai perintah konstitusi. Namun hal itu bukan menjadi jaminan bisa mengakses pendidikan dengan biaya negara. Belum lagi lansia urban hidup sebatang kara, bergulat dengan sakit-penyakit tanpa akses ke dokter.
Bahkan saat terjadi banjir bandang atau tanah longsor warga miskin paling rentan kehilangan rumah. Inilah kenyataan yang bisa dilihat dan dihadapi banyak orang di Indonesia, di mana tantangan ekonomi, sosial, dan pendidikan membuat hidup terasa seperti perjuangan tanpa akhir.
Kondisi itu, mengundang empati pakar hukum, politisi, akademisi, dan juga pengusaha, Prof Dr Henry Indraguna SH MH untuk terjun langsung membantu masyarakat dengan memberikan solusi dan jalan keluar kepada kaum marjinal.
Inilah kenyataan yang bisa dilihat dan dihadapi banyak orang di Indonesia, di mana tantangan ekonomi, sosial, dan pendidikan membuat hidup terasa seperti perjuangan tanpa akhir. Kondisi itu, mengundang empati pakar hukum, Prof Dr Henry Indraguna SH MH.
Penasehat Ahli Balitbang DPP Partai Golkar ini lalu mendirikan Yayasan Indraguna Pelita Harapan. Seperti yang tertulis “Pelita Harapan” di dalam nama yayasan yang dia dirikan bersama Fangky, istri tercinta, menegaskan bahwa yayasan ini menjadi lentera terang bagi kesulitan kaum papa menggapai sebuah harapan besar untuk hidup lebih baik dan bahsgia di masa mendatang.
Kesibukannya di banyak tempat, yakni di partai politik, ormas, profesi dan bisnis seolah menjadi bahan bakar yayasan ini berjalan, berkembang, dan maju.
“Misinya sederhana saja. Kami berusaha membantu yang terpuruk dengan tindakan nyata. Kami ingin menjadi jembatan yang membawa perubahan. Bukan cuma untuk hari ini, tapi untuk masa depan yang lebih baik,” ujar Prof Henry di Jakarta, Selasa (15/7/2025).
Yayasan ini bekerja melalui empat pilar yang saling terhubung, menyentuh kehidupan orang-orang dari berbagai sisi. Pertama, mereka hadir di ranah sosial, menjangkau mereka yang sering dilupakan.
“Bayangkan seorang lansia yang tinggal sendiri di gubuk sederhana, kini mendapat tempat di rumah singgah yayasan, dikelilingi perhatian dan kehangatan. Atau seorang ibu yang terjerat masa lalu kelam, kini dibantu bangkit melalui panti rehabilitasi,” ungkapnya.
Untuk mendukung yayasan ini, Ketua DPP Ormas MKGR ini juga mengelola donasi, dari zakat hingga dana CSR perusahaan, untuk memastikan bantuan sampai tepat sasaran.
Kemudian pilar kedua adalah soal pendidikan. Berawal karena tak mau anak-anak kehilangan mimpi hanya karena dompet orang tua mereka kosong maka yayasan menyediakan bimbingan belajar gratis, dari pelajaran dasar seperti matematika hingga kursus keterampilan seperti komputer atau cara memulai usaha kecil.
“Pendidikan adalah kunci bangsa ini maju dan kami ingin membuka pintu itu untuk semua orang, khususnya mereka yang marginal,” tegas Profesor dan Guru Besar Unissula Semarang ini.
Ketiga, adalah bidang kesehatan. Yayasan ini tak hanya menyediakan penyuluhan sederhana, tetapi juga membangun fasilitas kesehatan dasar, seperti pos cek darah gratis, dan melatih warga setempat jadi tenaga kesehatan dasar.
Terakhir, soal kemanusiaan, yayasan ini, kata Ketua Dewan Penasehat DPP AMPI, selalu siap saat krisis melanda. Ketika banjir merendam desa atau gempa menghancurkan rumah, mereka bergerak cepat, membawa makanan, selimut, atau tenda darurat.
“Kami tak bisa menghentikan bencana, tapi kami bisa memastikan warga tak sendirian. Insya Alloh kita hadir membersamai mereka,” beber Waketum DPP Bapera sekaligus Ketua LBH DPP Bapera ini.
Doktor Ilmu Hukum UNS Surakarta dan Universitas Borobudur Jakarta ini menempatkan kepakarannya untuk aktif dalam advokasi dan pendampingan hukum guna memastikan suara kelompok rentan didengar.
Dengan tata kelola yang transparan dan sesuai aturan hukum, yayasan ini memastikan setiap rupiah dari donasi digunakan dengan baik, transparan, akuntabel dan kepastian program berlanjut.
“Ini bukan cuma soal membantu, tapi tentang menanam harapan. Dari anak yang kini bisa membaca, ibu yang paham menjaga kesehatan keluarga, hingga warga yang bangkit setelah bencana,” tutur Wakil Ketua Dewan Pembina Kongres Advokat Indonesia (KAI).
Prof Henry menambahkan bahwa tak ingin terjebak dalam narasi yang sangat besar.
“Seorang pemikir dari Perancis, Jean-Francois Lyotard pernah mengatakan bahwa manusia tidak perlu mencari narasi besar. Tapi cerita-cerita kecil yang mengubah hidup orang-orang tak berdaya jadi juara, akan lebih bermakna,” ucap Prof Henry mengutip filsuf berpengaruh dalam gerakan post-strukturalisme.
Yayasan Indraguna Pelita Harapan membuktikan bahwa langkah kecil bisa membawa perubahan besar, satu orang pada suatu waktu.