Berita Golkar – Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian memberikan apresiasinya terhadap upaya Tirtonegoro Foundation yang menggagas program literasi di pedalaman Kalimantan Timur (Kaltim) melalui Forum Taman Baca Masyarakat (TBM).
Gerakan ini dinilai menjadi salah satu pilar penting dalam meningkatkan minat baca sekaligus mempertahankan warisan seni budaya di provinsi yang kaya akan tradisi ini.
Hetifah menilai, gerakan literasi yang dilakukan Tirtonegoro Foundation tidak hanya berfokus pada penyediaan akses buku, tetapi juga mendekatkan masyarakat kepada identitas seni dan budaya lokal.
Langkah seperti ini harus terus didorong untuk menciptakan masyarakat yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bangga akan budayanya sendiri. Seperti pagelaran Eksotika Kaltim tahun ketiga di NTB.
Literasi di Pedalaman Kaltim: Merawat Seni Budaya dan Identitas Lokal
Kaltim dikenal sebagai wilayah yang kaya akan seni tradisional, mulai dari tari-tarian, alat musik khas seperti sampe, hingga sastra lokal.
Namun, tantangan di wilayah pedalaman terkait keterbatasan infrastruktur dan akses literasi seringkali menjadi penghambat. Untuk itu, Forum TBM melakukan kinerja untuk melakukan kegiatan Literasi di Indonesia.
Rahmad Azazi Rhomantoro, pendiri Tirtonegoro Foundation, menegaskan pentingnya literasi sebagai landasan pembangunan masyarakat. “Literasi di pedalaman bukan hanya soal kemampuan membaca, tetapi juga upaya melestarikan budaya dan tradisi setempat,” katanya, dikutip dari Prokal.
“Melalui buku, cerita rakyat, dan diskusi literasi, kami ingin membuka wawasan masyarakat tentang nilai-nilai luhur warisan nenek moyang, sambil mempersiapkan mereka untuk menghadapi masa depan yang lebih maju, termasuk menggelar pertunjukan literasi di berbagai daerah dengan tujuan sinergi,” lanjutnya.
Dia menambahkan, program literasi di Kaltim melibatkan kolaborasi dengan komunitas lokal, tokoh masyarakat, serta seniman daerah untuk menciptakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan setiap wilayah.
Tekad untuk Masa Depan Literasi Indonesia
Hetifah menekankan, literasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat.
“Program seperti ini adalah wujud nyata dari semangat gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa kita. Saya berharap semakin banyak komunitas yang tergerak untuk membuat gerakan serupa di berbagai daerah di Indonesia,” ujarnya.
Melalui sinergi antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat, diharapkan gerakan literasi tidak hanya memperluas akses pengetahuan tetapi juga menjadi medium pelestarian budaya untuk generasi mendatang. “Literasi adalah investasi untuk mencerdaskan bangsa dan mempertahankan identitas kita,” tutur Hetifah. {}