Berita Golkar – Kemampuan tersembunyi muncul dari sosok Hetifah Syafudian, Ketua Komisi X DPR-RI, saat menghadiri pembukaan Dialog Serantau Borneo Kaltim (DSBK) XVI di Ballroom Hotel Harris Samarinda, Selasa (17/6/2025) yang lalu.
Setelah Wakil Gubernur Kaltim Seno Aji membacakan puisi karya Menteri Kebudayaan Fadi Zon, Hetifah Syaifudian yang sangat peduli dengan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia, tak mau kalah dan membawakan puisi Karya Sukarni Osing, penyair yang juga seorang pendidik di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Samarinda, melalui karyanya yang berjudul Kurikulum Berbasis Kebingungan.
“Kalau tadi Wakil Gubernur membacakan puisinya Pak Fadli Zon, maka untuk kali ini saya membacakan sebuah puisi yang menurut saya sangat menarik dan menyentuh hati, pertanyaan seorang anak tentang katak, sangat menyentuh jiwa,” kata Hetifah sebelum membacakan puisinya Sukarni Osing yang berjudul KBK (Kurikulum Berbasis Kebingungan)
Puisi yang dibacakan Hetifah, sangat menarik dan penuh dengan ironi, karena puisi yang dibacakan itu mencerminkan sisi-sisi pendidikan yang terlihat nyata.
Penampilan Hetifah dalam membacakan puisi karya Sukarni Osing itu, terlihat wajar dan tak berlebihan, justru penampilan yang apa adanya itu demikian menyentuh peserta DSBK yang memenuhi ballroom.
KBK (Kurikulum Berbasis Kebingungan)
Anakku bertanya kepada ibunya, “Mengapa katak itu jalannya mesti melompat?”
Ibunya menjawab, “Ibu tidak tahu, Nak. Coba tanyakan kepada Bapakmu?
Anakku bertanya kepadaku, “Mengapa katak itu jalannya mesti melompat?”
Aku menjawab, “Bapak tidak tau, Nak. Coba tanyakan kepada gurumu!”
Anakku bertanya kepada gurunya, “Mengapa katak itu jalannya mesti melompat?”
Gurunya menjawab, “Bu Guru tidak tahu, Nak. Coba tanyakan kepada petugas perpustakaan!”
Anakku bertanya kepada petugas perpustakaan, “Mengapa katak itu jalannya mesti melompat?”
Dia menjawab, “Saya tidak tahu, Dik. Buku tentang itu belum ada di sini.”
Anakku pergi ke kebun, mencari katak, untuk ditanyainya.
Dan tepuk tangan bergemuruh memenuhi ruang ballroom Hotel Harris, usai Hetifah membacakan puisi yang penuh kejutan itu.
Pemilihan puisi yang dilakukan Hetifah Syaifudian yang cepat dan tepat itu menunjukkan begitu pedulinya Hetifah atas sebuah puisi yang bersinggungan dengan pendidikan.
“Demikian cepat Ibu Hetifah memilih sebuah puisi yang berkaitan erat dengan pendidikan. Perlu diacungi jempol. Apalagi antologi puisi tersebut kan baru diterima Ibu Hetifah,” celetuk Ellis salah satu peserta DSBK di tempat duduknya, temannya di sebelah mengangguk setuju. {}