Berita Golkar – Forum Jaga Budaya Jakarta bersama komisi X DPR dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggelar Bisa Fest di Museum Tekstil, Jakarta Barat, Minggu (17/9).
Kegiatan tersebut yakni Talk Show dan Pergelaran Seni Budaya Betawi. Sesi talk show dengan Tema “Ajang Pergelaran Seni Budaya Betawi Membuka Ruang dan Akses Peningkatan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif” dipandu Ketua Umum Forum Jaga Budaya Jakarta, Lindsey Afsari Puteri.
Sedangkan pembicara kunci adalah Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian, didampingi narasumber lain seorang Analis Kebijakan Madya – Sub.Koordinator Event Kemenparekraf, Diana Indriati dan Kasudin Parekraf dari Pemerintah Kota Jakarta Barat, Dedi Sumardi.
Hetifah Sjaifudian dalam sambutannya menjelaskan, DPR bersama Pemerintah, melahirkan Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
UU ini lahir sebagai pedoman bagi pemerintah untuk melindungi, mengembangkan, memanfaatkan, dan membina objek pemajuan kebudayaan di tengah kemajemukan masyarakat Indonesia.
“UU ini menekankan pada penguatan tata kelola kebudayaan, dengan fokus pada empat aspek yaitu, Perlindungan, Pengembangan, Pemanfaatan dan Pembinaan,” kata Hetifah dikutip Selasa (19/9).
Dengan dasar UU tersebut, lanjut Hetifah, DPR dalam fungsi pengawasan dan anggarannya, terus memastikan bahwa pemerintah secara konkrit merealisasikan program-program terkait yang berdampak langsung bagi pelaku ekonomi kreatif pada sektor seni budaya yang merupakan kearifan lokal.
“Diantara fungsi dan manfaat kearifan lokal itu adalah mempromosikan keadilan sosial dan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mendorong pembangunan berkelanjutan,” katanya.
Senada dengan Hetifah, Diana Indriati menyampaikan, salah satu Program konkrit Kemenparekraf adalah Karisma Event Nusantara (KEN).
Program ini, kata Diana, sebagai upaya menggeliatkan ekonomi dengan menghadirkan event-event daerah yang berkualitas, termasuk di dalamnya ada seni budaya kearifan lokal.
Diana menambahkan, KEN mampu mendorong kebangkitan daerah dan menggerakkan perekonomian daerah. Namun kunci kebangkitan ekonomi bisa dilakukan jika event-event ini dilakukan lebih berkualitas.
“Maka disarankan agar para pelaku ekonomi kreatif sektor seni budaya Betawi untuk terus meningkatkan kualitasnya, agar bisa terlibat dalam KEN,” kata Diana.
Lebih lanjut Diana menjelaskan, Pemprov DKI Jakarta atau Pemkot Jakarta Barat untuk menyampaikan usulan seni budaya Betawi untuk ikut dalam KEN 2023 dan 2024 mendatang.
Menjawab tantangan dari Diana, Kasudin Parekraf Jakarta Barat, Dedi Sumardi menyampaikan, pihaknya siap untuk segera berkoordinasi dengan seluruh stakeholder terkait.
Mengingat, lanjut Dedi, Jakarta telah memiliki banyak sanggar seni budaya Betawi binaan yang bagus dan seharusnya bisa mengambil peluang yang baik ini.
“Banyak keunggulan budaya Betawi khususnya di Jakarta Barat yang menjadi bagian program promosi destinasi wisata dan ekonomi kreatif. Pembinaan pun dilakukan sedini mungkin dan berkelanjutan kepada generasi muda. Salah satunya adalah keberadaan Abang None (Abnon) Jakarta sebagai duta promosi budaya dan parekraf Jakarta, yang memiliki prestasi berbasis kreatifitas kearifan lokal,” ungkap Dedi.
Pernyataan Dedi ini sesuai dengan pesan PJ Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, yang disampaikan pada acara Final Pemilihan Abang None Jakarta, pada 7 September 2023.
Heru berpesan agar Abnon dan pelaku seni budaya betawi dapat menjadi representasi dari semangat dan energi generasi muda Jakarta, khususnya pada sektor pariwisata, ekonomi kreatif, dan kebudayaan.
Saat itu Heru menegaskan bahwa anak muda Jakarta memiliki tanggung jawab sebagai representasi dari generasi unggul yang akan membawa masa depan Jakarta lebih baik untuk menghadapi tantangan persaingan global.
“Maka itu, terus lakukan pengembangan diri, pahami prioritas dan komunikasikan capaian pembangunan Kota Jakarta kepada publik melalui cara dan kreatifitas positif masing-masing, salah satunya melalui seni budaya yang juga merupakan bentuk kreatifitas bernilai ekonomi,” tegas Heru.
Menurutnya, pengalaman, pengetahuan, jaringan dan akses yang telah dibukakan oleh pemerintah harus seoptimal mungkin dijadikan bekal untuk berkontribusi bagi pembangunan Jakarta dan Indonesia di masa depan.
Pada sesi kesimpulan talkshow, Lindsey Afsari Puteri menegaskan, pegiat Seni Budaya Betawi adalah juga pelaku Ekonomi Kreatif, yang harus difasilitasi dalam aspek Vokasi Peningkatan kualitas maupun aspek perluasan Akses atau jejaring untuk peningkatan eksistensinya, sehingga berbanding lurus dengan peningkatan ekonomi atau kesejahteraannya.
“Acara hari ini adalah salah satu bentuk peran dan kontribusi kami (Forum Jaga Budaya Jakarta), dalam menjembatani aspirasi warga Jakarta yang menjadi pelaku Seni Budaya dan Ekonomi kreatif, dengan membuka ruang dan Akses melalui para pemangku kebijakan yang hari ini hadir,” ungkap Lindsey.
“Pergelaran seni budaya Betawi bukan hanya tontonan, tetapi juga tuntunan, yakni (1) tuntunan berperilaku dan berbudaya santun berkarakter, (2) tuntunan Berkarya, berkreativitas, dan berprestasi sebagai bentuk kegiatan pendukung Ekonomi dan kesejahteraan.” ujar Lindsey.
Peserta yang hadir dalam kegiatan ini adalah perwakilan kader karang taruna se-Jakarta Barat yang umumnya adalah remaja pelaku industri/ekonomi Kreatif.
Kemudian perwakilan pelatih dan pembina sanggar seni budaya Betawi, serta perwakilan seniman Betawi lintas usia (anak-anak, remaja dan dewasa).
Mereka berkesempatan mementaskan ragam seni budaya Betawi yakni seni Tradisi Budaya Palang Pintu, seni beladiri (Jurus Silat Sekojor), seni berbalas pantun Betawi dan seni tari Betawi Tampih dan Wonderland. {sumber}