Berita Golkar – Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian mendorong agar pemerintah kabupaten Kukar memberikan ruang dan fasilitas untuk pengembangan olahraga tradisional dan bahasa daerah, lewat ekstra kurikuler yang ada di sekolah-sekolah. Upaya ini dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada generasi penerus.
Hetifah mengungkapkan bahwa selama ini banyak guru yang meminta untuk dilatih dan diberikan pemahaman baik itu terkait pengembangan olahraga tradisional. Begitu juga dengan bahasa daerah yang diterapkan di sekolah. Artinya, saling keterkaitan dengan kegiatan yang ada di sekolah.
“Tinggal bagaimana nantinya, harus dimulai dari ekstra kurikuler sehingga kedepan bisa berjalan dengan baik. Baik itu pengembang atau pembelajaran oltrad dan bahasa daerah ini bisa diterapkan sepenuhnya di sekolah,” kata Hetifah Sjaifudin, kepada Kutairaya.com, saat acara pembukaan Tenggarong Reggae Fest 2025 di halaman Parkir Stadion Rondong Demang Tenggarong, Rabu (13/8/2025), dikutip dari KutaiRaya.
Ia berharap pemerintah Kukar memperhatikan dua hal ini. Mungkin bisa diawali dengan hal yang kecil seperti memasukan muatan bahasa lokal dan olahraga tradisional dalam ekstra kurikuler.
Sementara itu, Kabid Kebudayaan Disdikbud Kukar Puji Utomo mengatakan, pihaknya selalu mendukung dengan adanya muatan bahasa lokal di sekolahan, yang nantinya akan masuk dalam pelajaran sekolah. Namun saat ini masih bertahap, karena Sumber Daya Manusia (SDM) guru yang masih terbatas untuk memberikan pembelajaran bahasa daerah.
“Sementara untuk olahraga tradisional kami selalu mendukung lewat beberapa event yang dilaksanakan oleh Disdikbud Kukar. Kami akui bahwa olahraga tradisional saat ini sudah banyak peminatnya, seperti gasing, sumpit, dan ketapel,”ujarnya.
Puji menerangkan bahwa muatan lokal Bahasa Kutai sudah berjalan di berbagai sekolah di Kukar, dengan pengawasan langsung dari Disdikbud. Para tenaga pengajar yang dilibatkan berasal dari dua kategori, yakni guru dan tenaga teknis, yang penempatannya disesuaikan dengan kebutuhan di masing-masing jenjang.
“Dan program ini telah diterapkan di seluruh wilayah Kukar, mencakup 20 kecamatan, dengan pola distribusi sumber daya yang disesuaikan kondisi dan kebutuhan masing-masing daerah,” jelasnya.