Berita Golkar – Anggota Komisi VII DPR RI Ridwan Hisjam mengatakan, sebagai Anggota Komisi VII DPR RI yang telah menjabat sejak tahun 2014, dirinya sudah pernah mengunjungi Batu Hijau pada tahun 2016, di mana pada saat itu namanya masih PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) . Namun setelah proses pengambil alihan saham kini berganti nama menjadi PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) atau PT AMMAN.
Setelah pengambilalihan saham oleh PT AMMAN, ia mengaku banyak sekali kemajuan yang terjadi, di antaranya pembangunan smelter yang setahun lalu yang masih sekitar 60 persen, namun per 15 Juli 2024, pembangunan sudah mencapai 97 persen.
“Ini suatu kejutan betul dan ini adalah tantangan bagi kita terutama perusahaan-perusahaan BUMN kita yang EPC itu harus belajar banyak, melihat bagaimana kemajuan yang dilakukan pembangunan di AMMAN di Sumbawa Barat ini, yang ternyata fabrikasinya itu dibuat di China dan berbagai negara lain termasuk Finlandia, setelah sudah siap baru dikirim ke Indonesia, dan di situ tinggal di rakit-rakit saja sehingga akhirnya cepat sekali inilah yang kita lihat,” ucapnya kepada Parlementaria usai mengikuti Kunjungan Kerja Tim Komisi VII DPR RI di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Senin (15/7/2024).
Namun, di sisi lain, ia tetap menyarankan agar direksi PT AMMAN tetap terus berhati-hati, terutama saat commissioning yang dilakukan di semua sektor-sektornya. Ia menegaska, jangan sampai nantinya terjadi kecelakaan ataupun kebakaran di smelter akibat mengejar waktu pembangunan smelter yang tidak mengindahkan standard operational procedure (SOP) yang ada.
“Kami memberikan pesan kepada AMMAN agar kita berhati-hati. Perusahaan ini kan sekarang jadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Dulu kan PMA (Penanaman Modal Asing). Sekarang modal dalam negeri, sehingga kita harapkan PT AMMAN bisa bekerja lebih bagus lagi,” tutur Politisi Fraksi Partai Golkar ini.
Ridwan pun kembali menegaskan, bahwa dalam setiap pembangunan smelter, pihak surveyor independen adalah pihak yang bertugas menjaga quality control dalam setiap tahapan pembangunan. Ia menegaskan semua harus mengikuti aturan yang berlaku agar tidak terjadi kecelakaan. Aspek keselamatan sangat penting, melihat dari beberapa kejadian yang kerap terjadi belakangan ini di beberapa smelter di sektor lain.
“Kalau kita mengikuti aturan, insyaAllah kecelakaan dapat dihindari. Kerap terjadi karena mengejar target yang sangat ketat. Jadi ada semacam surveyor yang ditunjuk itu juga kurang hati-hati mengejar target, harus selesai-selesai. Akhirnya ada yang dia lewati (prosedur) dan itulah yang menyebabkan terjadinya kecelakaan-kecelakaan dan (kecelakaan) ini terjadi di Sulawesi dan Kalimantan,” katanya.
Terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), Ridwan mengatakan meskipun pembangunannya banyak di China dan berbagai negara lain lalu dirakit di Indonesia, namun tingkat TKDN PT AMMAN cukup memenuhi syarat. Di antaranya pipa-pipa yang digunakan juga buatan Indonesia, meskipun banyak yang dibuat di China, namun jika ada hal yang masih dibuat di Indonesia maka akan dibuat di Indonesia.
“Sehingga makanya dalam waktu 1 tahun itu cepat sekali. Jadi TKDN-nya melebihi 40 persen saya kira memenuhi syarat lah TKDN-nya, tinggal laporan dari direksi (bahwa) nanti perusahaan surveyor yang ditunjuk kita nanti lihat laporannya. Saya kira tadi direktur perindustrian dan direktur logam ESDM hadir jadi ada dua kementerian yang hadir dari Kemenperin dan Kementerian ESDM,” tutupnya. {sumber}