HP Jadi ‘Keluarga Baru’, Mendukbangga Wihaji Ingatkan Orang Tua Sisihkan Waktu Ngobrol 20 Menit

Berita Golkar – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga/Kepala BKKBN) Wihaji menyoroti fenomena baru dalam kehidupan keluarga modern, yakni penggunaan handphone (HP) yang masif di kalangan anak-anak. Ia menyebut HP sebagai “keluarga baru” yang hadir setiap hari dan bisa berdampak pada pola komunikasi dalam sebuah keluarga.

“Saya minta bahwa hati-hati ada ‘keluarga baru’ kita, namanya handphone, yang luar biasa bersama kita tiap hari, yang hari ini termasuk anak-anak kehilangan ayah karena lebih banyak bergaul dengan handphone, termasuk orang tua juga lebih banyak pegang handphone, termasuk ibu-ibu dan sebagainya,” kata Wihaji usai menutup Musyarawarah Kerja Nasional (Mukernas) Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB) di salah satu hotel di Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (29/7/2025).

Wihaji mengaku tak menolak kehadiran HP. Namun, menurutnya, teknologi tersebut harus disikapi secara bijak.

“Saya setuju dengan handphone, tetapi barangkali harus lebih arif, lebih dikasih ruang untuk bisa ngobrol. Dan hati-hati, ini bagian dari catatan, sehingga nanti yang saya sebut keluarga baru kita ini yang namanya handphone kalau tidak hati-hati akan menjadi pengaruh utama dibanding yang lain,” katanya, dikutip dari Kompas.

Menurut Wihaji, setiap anak di Indonesia memegang HP selama 7-8 jam. Ia mengingatkan bahwa algoritma digital yang membentuk cara berpikir generasi muda hari ini sangat dipengaruhi oleh isi konten di HP, termasuk media sosial dan game.

“Sehingga algoritma pikiran kita sangat dipengaruhi apa yang ada dalam handphone, baik media sosial maupun media lain yang dibaca di dalam handphone,” ucapnya.

Untuk itu, ia meminta kepada masyarakat, khususnya orang tua, untuk meluangkan waktu bersama anak sekadar untuk mengobrol bersama. “Selama 20 menit bagus,” katanya.

Dalam arahannya di acara Mukernas IPeKB yang dihadiri oleh perwakilan dari 38 provinsi di Indonesia itu, Wihaji juga menekankan pentingnya peran penyuluh Keluarga Berencana (KB) dalam menjalankan berbagai program prioritas pemerintah, khususnya dalam kerangka kerja kolaboratif yang dikenal sebagai pendekatan pentahelix.

Forum itu pun menjadi momen penting untuk menyampaikan arah kebijakan dan program kerja kepada seluruh penyuluh. “Tentu inilah media kita untuk men-deliver program-program yang harus dikerjakan oleh para penyuluh, bagian dari kerja Kementerian dan kerja Pentahelix,” ungkapnya.

Dijelaskan, pendekatan Pentahelix tak bisa dikerjakan secara parsial atau sendiri-sendiri. Semua harus terlibat dalam penanganan isu-isu strategis seperti stunting, pembinaan keluarga, remaja, bina keluarga, hingga pemberdayaan keluarga lansia.

“Semuanya harus keroyokan dan diinisiasi oleh kita sebagai penanggung jawab dalam tugas dan kewenangan dalam Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,” jelasnya. {}