Berita Golkar – Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, Idrus Marham, menegaskan bahwa Partai Golkar harus kembali tampil sebagai partai ideologis yang berpijak kuat pada Pancasila serta menjadi garda terdepan dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan.
Pesan tersebut disampaikan Idrus saat membuka kegiatan Pengajian Ideologi Kebangsaan (PIK4) Volume 8 yang dirangkaikan dengan peluncuran tiga buku karyanya berjudul Pancasila: Ideologi Partai Golkar, Nomadologi: Aktor-aktor Politik Tanpa Ideologi, dan Magnet Politik Partai Golkar. Acara ini digelar di Kantor DPP Partai Golkar, Kamis (16/10), dan dihadiri oleh jajaran pengurus DPP, kader muda, akademisi, serta peneliti politik dari berbagai kampus.
Dalam paparannya, Idrus mengawali dengan refleksi tentang visi Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, yang disebutnya sebagai figur “aktivis, pejuang, sekaligus pemikir”. Menurutnya, karakter kepemimpinan yang dimiliki Bahlil menggambarkan sosok yang tidak hanya berorientasi pada kekuasaan, tetapi juga memiliki arah perjuangan yang berpijak pada nilai-nilai ideologis.
“Banyak pemimpin, tapi tidak semua menjadi pemikir. Banyak pemimpin, tapi tidak semua pejuang. Cara pikir Ketua Umum mencerminkan kepemimpinan yang utuh—aktivis, pejuang, dan pemikir,” ujar Idrus.
Ia menjelaskan, gagasan penyelenggaraan pengajian ideologi dan penerbitan buku ini berawal dari dorongan langsung Ketua Umum Bahlil Lahadalia. “Provokatornya Ketua Umum, inspiratornya Ketua Umum, bahkan dalam banyak hal juga inisiatornya. Beliau yang mendorong agar pengajian ideologi dilakukan secara konsisten,” ucap Idrus.
Idrus juga mengisahkan percakapan awal mereka sebelum Bahlil menjadi Ketua Umum. “Sebelum beliau menjabat, kami berdiskusi panjang. Topiknya bukan strategi elektoral, tetapi ideologi. Kata beliau, partai politik hari ini hanya menjadi tiket kekuasaan, bukan wadah perjuangan cita-cita mulia. Pernyataan itu saya anggap sebagai fatwa politik yang harus dijalankan,” tegasnya.
Diskusi mengenai penguatan ideologi dan kelembagaan partai, lanjut Idrus, sudah berlangsung sejak 2022 bersama sejumlah tokoh senior, termasuk Hatta Radjasa. Dalam perbincangan itu, muncul kesadaran bahwa jika Partai Golkar ingin tetap besar dan solid, maka fondasi utamanya haruslah ideologi. “Pancasila harus benar-benar menjadi pemandu partai. Ideologi adalah prasyarat utama bagi Golkar untuk terus bersatu dan tumbuh,” ujarnya.
Lebih jauh, Idrus menilai pentingnya menghidupkan kembali semangat aktivisme di tubuh Partai Golkar. Ia menyoroti banyak kader muda yang cerdas dan idealis, namun sering kali terpinggirkan karena sistem politik yang terlalu pragmatis.
“Ketua Umum sangat resah melihat para aktivis tidak mendapat perhatian. Padahal mereka aset partai dan bangsa. Aktivis hanya bisa mendapat peluang kalau sistem berjalan baik, dan sistem hanya akan berjalan baik bila seluruh pemikiran kita diinspirasi oleh ideologi,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Idrus juga memaparkan substansi tiga buku yang diluncurkannya. Ia menjelaskan, Nomadologi: Aktor-aktor Politik Tanpa Ideologi menggambarkan fenomena politisi yang berpindah partai tanpa dasar nilai, sementara Magnet Politik Partai Golkar menelusuri sejarah lahirnya Golkar sebagai kekuatan pembaruan yang merespons berbagai tantangan bangsa.
Menurut Idrus, Golkar lahir sebagai respons terhadap ancaman ideologi komunis yang hendak menggantikan Pancasila, juga sebagai reaksi atas pertikaian elit politik, krisis ekonomi nasional, serta tuntutan pembaruan sosial. Golkar hadir untuk mengisi kemerdekaan dan menjaga stabilitas pembangunan nasional. “Golkar bukan partai masa lalu. Golkar adalah partai pembaruan yang selalu relevan dengan zaman,” tandas Idrus.
Adapun buku Pancasila: Ideologi Partai Golkar menegaskan kembali posisi Pancasila bukan sebagai azas tunggal, melainkan azas bersama yang menjiwai seluruh gerak politik kebangsaan. Idrus menekankan, di tengah situasi politik yang semakin pragmatis, Golkar harus tampil sebagai jangkar ideologis bangsa dan rumah besar perjuangan nilai.
“Pancasila adalah sumber inspirasi bagi setiap langkah politik Golkar. Melalui pengajian ideologi dan karya intelektual ini, saya berharap seluruh kader memahami kembali jati diri partai sebagai kekuatan ideologis yang membangun, mempersatukan, dan mengabdi untuk bangsa,” tutup Idrus.