Integritas Bupati Reynaldy Putra Bangun Subang: Jangan Main Uang Dengan Saya!

Berita GolkarUsianya baru 28 tahun, tapi Reynaldy Putra Andita Budi Raemi sudah menakhodai Kabupaten Subang sebagai bupati.

Dalam program Nusaraya Kompas.com di Jakarta, Rabu (4/6/2025), Reynaldy mengisahkan perjalanan politiknya yang tak biasa, tanpa modal besar, tanpa bohir, dan penuh keberanian meninggalkan zona nyaman.

“Saya dulu mahasiswa yang sering demo. Tapi saya sadar, kalau cuma teriak-teriak, orang yang di dalam nggak akan dengar,” ujarnya.

Maka ia pun memutuskan masuk ke politik. Ibunya sempat berharap Reynaldy menjadi aparatur sipil negara (ASN) agar hidupnya tenang. Namun, ia menolak. “Saya ingin mengubah sesuatu, bukan hanya bersuara,” ujar Reynaldy.

Langkahnya menuju kursi bupati pun tak mulus. Saat memutuskan maju, surveinya bahkan nol persen.
Padahal, saat itu ia masih menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat.

“Saya mundur. Istri dan ibu sempat bertanya, ‘Kamu yakin mau tinggalin DPRD?’ Tapi saya lihat jalanan Subang rusak parah, dan saya punya tekad,” ujarnya.

Tanpa kampanye akbar, Reynaldy memilih mendatangi warga dari pintu ke pintu. Dari pagi hingga subuh, ia mengetuk rumah demi rumah. “Saya hanya minta doa, terutama dari ibu saya. Itu yang paling mujarab,” kenangnya.

Dari blusukan itu, Reynaldy tahu persis apa yang dibutuhkan warganya, yaitu infrastruktur yang layak, pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja.

ASN Deg-degan Tiap Malam Jumat

Salah satu gebrakan awal Reynaldy adalah reformasi birokrasi. “Omong kosong kalau sistemnya masih gaya lama,” tegasnya.

Ia membentuk tim untuk merekap aduan masyarakat di media sosialnya, Instagram dan TikTok, dan tiap malam, seluruh laporan dikirim ke grup WhatsApp kepala OPD. “Tiap malam Jumat ASN deg-degan. Aduan harus ditindak besoknya,” ujar Reynaldy.

Bahkan, ia bakal mencopot 500 ASN yang terbukti melanggar, termasuk yang tidak masuk kerja hingga 300 hari tapi masih menerima gaji. “Ada yang kerja di tempat lain, padahal statusnya ASN. Saya tindak, bahkan saudara sendiri saya berhentikan,” ujar dia.

Ia menolak fasilitas mewah. Tak mengambil mobil dinas, dan lebih sering naik motor. Reynaldy ingin memberi contoh. Bahkan, karena itu kepala dinas pun jadi malu saat ingin mengusulkan mobil dinas.

Refocusing Anggaran: Dari Hibah ke Jalan

Soal pembangunan ekonomi, Reynaldy menjadikan perbaikan jalan sebagai prioritas. Dari 1.000 km jalan di Subang, sekitar 365 km dalam kondisi rusak. Awalnya, anggaran perbaikan hanya Rp 50 miliar per tahun. Kini, ia tingkatkan menjadi Rp 250 miliar.

“Dulu hibah sampai Rp 90 miliar ke kelompok tertentu. Saya pangkas jadi Rp 4 miliar, sisanya untuk infrastruktur,” kata politisi Partai Golkar ini.

Dukungan juga datang dari Pemprov Jawa Barat, termasuk Dedi Mulyadi yang menggelontorkan Rp 195 miliar untuk jalan provinsi di Subang. Dia menambahkan, ada industri besar seperti BYD, pantai, gunung, air terjun, dan bahkan arung jeram air panas. “Potensinya luar biasa, tapi kurang tereksplor,” ucapnya.

Karena itu, ia juga akan mempromosikan Festival 7 Sungai, ajang wisata dan budaya tahunan yang mempertemukan wisatawan dengan tradisi lokal seperti menangkap ikan bersama warga di sungai.

Bupati Tanpa Bohir

Tak seperti politisi pada umumnya, Reynaldy mengeklaim tak punya “bohir” alias sponsor politik. “Saya sudah sampaikan sejak awal ke kepala OPD: jangan main uang ke saya, jangan menjilat saya dengan uang,” tegasnya.

Bahkan saat ormas mengancam akan melaporkannya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena tak diberi hibah, Reynaldy tetap bergeming. “Saya nggak merasa melakukan kesalahan. Jadi anggota DPRD lima tahun pun saya nggak aneh-aneh,” ujarnya.

Reynaldy juga menyebut jadi bupati bukan untuk mencari penghasilan tambahan. Ketika ditanya bagaimana menjaga idealisme, ia menjawab singkat, “Saya lihat ibu dan istri saya. Kalau saya aneh-aneh, mereka yang akan susah. Dan saya nggak jual kesedihan,” ucapnya.

Dengan sejarah Subang yang sudah tiga kali berturut-turut punya bupati tersandung korupsi, Reynaldy ingin mencatatkan sejarah baru. “Saya ingin dikenang sebagai bupati yang bersih dan dekat dengan rakyat,” tutupnya. {}