Jaga Ketahanan Energi, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Ungkap Rencana Bangun Kilang Raksasa

Berita Golkar – Pemerintah terus mendorong hilirisasi sebagai strategi utama dalam memperkuat ketahanan energi nasional. Sebagai langkah nyata, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan membangun kilang minyak jumbo berkapasitas 500 ribu barel per hari.

Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, kilang yang akan dibangun ini menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia.

“Kita juga akan membangun refinery (kilang minyak) yang Insya Allah kapasitasnya itu kurang lebih sekitar 500 ribu barel. Ini salah satu yang terbesar nantinya, ini dalam rangka mendorong agar ketahanan energi kita betul-betul lebih baik,” ujar Bahlil dalam keterangan tertulis, Rabu (5/3/2025), dikutip dari TVOneNews.

Kilang minyak ini dirancang dengan kapasitas 500 ribu barel per hari dan mampu mengolah minyak mentah dalam negeri maupun impor. Nantinya, kilang ini diproyeksikan untuk memproduksi minyak bumi, termasuk BBM, hingga 531.500 barel per hari.

Bahlil menjelaskan realisasi proyek pembangunan kilang ini membutuhkan dana investasi mencapai USD 12,5 miliar. Namun, proyek ini diyakini dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan hemat hingga 182,5 juta barel minyak per tahun atau setara USD 16,7 miliar.

Pembangunan kilang ini juga membuka peluang besar bagi penciptaan lapangan kerja yang mampu menyerap 63.000 tenaga kerja langsung dan 315.000 tenaga kerja tidak langsung.

Selain itu, Bahlil juga akan mempercepat pembangunan industri dan Dimethyl Ether (DME) atau gas dari olahan batubara yang akan dimanfaatkan untuk substitusi Liquefied Petroleum Gas (LPG).

Rencananya, proyek ini dibangun secara paralel di Kabupaten Muara Enim dan Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan, Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, dan Kabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur.

“Kita juga akan membangun DME yang berbahan baku daripada batubara low-calorie (kalori rendah) sebagai substitusi daripada LPG. Ini kita akan lakukan agar betul-betul produknya bisa dipasarkan dalam negeri sebagai substitusi impor (LPG),” jelas Bahlil.

Bahlil bilang, pembangunan industri DME dapat mengurangi ketergantungan Indonesia dengan investor luar negeri. Pasalnya, sumber daya dan modal dalam negeri yang dialokasikan melalui kebijakan Pemerintah.

Selain DME, pemerintah juga akan meningkatkan nilai tambah di sektor pertambangan, seperti tembaga, nikel, dan bauksit hingga menjadi alumina.

“Sekarang kita tidak butuh investor, negara semua lewat kebijakan Bapak Presiden, memanfaatkan resource dalam negeri, yang kita butuh mereka adalah teknologinya. Jadi hari ini teknologi yang kita butuh, uangnya, capexnya semua dari Pemerintah dan dari swasta nasional, kemudian bahan bakunya dari kita, off takernya pun dari kita. Jadi saya pikir kali ini tidak ada lagi yang tergantung kepada pihak lain,” terangnya. {}