Berita Golkar – Lima bulan lagi babak awal perhelatan kontestasi politik serentak Tahun 2024 dimulai dengan Pemilihan Legislatif (Pileg) dari tingkat DPRD, DPRD Provinsi, DPR-RI hingga DPD-RI.
Namun di balik histeria gegap gempita tahun politik 2024 mendatang, Bupati Karanganyar Juliyatmono MH MM menyebut secara filosofis, yakni kontes menjemput takdir masing-masing.
Lalu apa yang dimaksud antara kontestasi politik serentak dengan menjemput takdir? Di sela memberikan sambutan di acara Silaturahmi Toga-Tomas (Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat) yang dihelat Polres Karanganyar di Hotel Tamansari, Selasa (26/9) Juliyatmono mengatakan, menjemput takdir adalah buah dari ikhtiar kerja keras secara utuh, meliputi kepribadian, ketulusan, kejernihan diri selama mengikuti kontestasi.
“Tuhan memilih pemimpin itu mesti baik maka siapapun yang akan ambil bagian pada kontestasi politik serentak adalah menjemput takdir dari refleksi amal perbuatan masing-masing,” ungkap Bupati Juliyatmono kepada JOGLOSEMARNEWS.COM.
Menurut Bupati Juliyatmono, saat ini dirinya juga turut mencalonkan diri menjadi Calon Legislatif (Caleg) DPR-RI dari Partai Golkar Dapil Jateng IV maka sama dengan mengikuti kontestasi serentak.
Dengan begitu Juliyatmono mengakui terus bekerja keras agar terpilih menjadi DPR-RI tapi dengan cara-cara yang normatif baik dan beradab.
Selain itu dirinya selalu berpikir positif serta mengembangkan pola politik kekeluargaan bukan pola politik analogi permusuhan guna menciptakan kedamaian kenyamanan ditengah panasnya persaingan perebutan kekuasaan.
Apalagi lanjut Juliyatmono disadari bahwa jabatan itu adalah bonus dari kerja keras dengan paradigma menebar dan menuju kebaikan.
Pasalnya, dampak dari berbuat baik itu esensinya akan kembali pada diri sendiri maka dirinya anti berkampanye hitam karena selain membuat panas situasi politik juga tidak edukatif.
“Ingat jabatan itu adalah bonus dari amal perbuatan serta ikhtiar maka selama berkompetisi meraih impian politik selalu harus didasari jangan lelah berbuat baik,” tandas Juliyatmono.
Pasalnya, orang berpikir dan berbuat baik saja masih dicibir orang apalagi ketika berjuang dijalur politik.
Untuk itulah menurut Juliyatmono menjadi calon pemimpin itu harus sabar dan kuat serta jangan emosional.
“Calon pemimpin itu jangan membalas jika ada orang mencibir menghina dan sebagainya karena justru kekuatan kesabaran itu adalah bagian dari leadership jiwa kepemimpinan,” tukas Bupati.
Di bagian akhir Juliyatmono mengajak semua pihak tetap berpikir positif dan membangun silaturahmi antar politisi antar kontestan agar terjadi komunikasi yang baik sekaligus akan mengurangi potensi terjadinya gesekan diakar rumput.
“Jika semua pikiran perbuatan kebaikan dan ikhtiar maksimal dilakukan tahap selanjutnya serahkan pada Tuhan yang maha tahu maha kuasa atas hati dan diri kita dan disitulah takdir ada didalamnya atas jeridloan Tuhan,” pungkas Juliyatmono. {sumber}