Kelas Menengah RI Malas Belanja, Airlangga Hartarto Ungkap Alasannya

Berita Golkar – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto buka suara perihal fenomena berkurangnya hasrat masyarakat kelas menengah untuk berbelanja pada 2023.

Konsumsi rumah tangga pada 2023, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) hanya tumbuh 4,82%, turun dari 2022 yang sebesar 4,94%. Pada masa sebelum Covid-19, pertumbuhannya pun di atas 5%, meskipun saat pandemi merebak pada 2020 dan 2021 kinerja anjlok, masing-masing minus 2,63% dan tumbuh 2,01%.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan kondisi ini disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi itu juga dipicu oleh tekanan ekonomi global. Selain itu, kata Airlangga, faktor ketidakpastian dari kondisi pesta demokrasi di Tanah Air turut berpengaruh.

“Karena biasanya mereka akan less spending kalau merasa ke depan ada ketidakpastian, mereka akan menabung,” kata Airlangga di kantornya, Jakarta, dikutip Selasa (7/2/2024).

Dari sisi global, ketidakpastian atau risiko ke depan itu seperti tensi geopolitik yang tak kunjung selesai, yang di antaranya konflik Rusia-Ukraina hingga perang Israel-Palestina, melemahnya ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia seperti China, suku bunga tinggi, hingga tekanan fluktuasi harga komoditas.

Untuk mengatasi kondisi ini, pemerintah berupaya memberikan optimisme kepada masyarakat bahwa kondisi perekonomian Indonesia akan tetap stabil, termasuk saat masuknya tahun politik 2024.

“Oleh karena itu, kepastian menjadi penting terutama juga kalau proses politik akan berjalan lancar, sehingga investasi tidak menunda kemudian orang lebih berani spending,” kata Airlangga.

Airlangga mengatakan strategi kelas menengah bawah, pemerintah menjaga tingkat konsumsinya masih bisa ditanggulangi dengan program bantuan sosial atau bansos. Karenanya, kini bansos gencar diberikan, seperti BLT Mitigasi Risiko Pangan.

“Dari segi kelas menengah ke bawah pemerintah ganjal dengan bansos agar daya beli bisa tertahan dan inflasi bisa lebih rendah sehingga diharapkan market confidence,” ujar Airlangga. {sumber}