Berita Golkar – Tidak elok “menyerang” kandidat lain, sementara kinerja sebelumnya meninggalkan defisit bagi daerah ratusan miliar. Benarkah?
Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Maluku, Faisal Hayoto, mengkritik materi kampanye “menyerang” kandidat lain, seperti Murad Ismail dilakukan, sebagaimana terjadi pada sejumlah Lokasi kampanye, salah satunya di Waehaong, dinilai tidak mendidik.
“Sangat tidak mendidik dan tidak elok. Seperti ada dendam. Dendam, itulah kemudian digunakan “menyerang” di panggung-panggung kampanye. Dan, orang-orang itu, yang dulu bersama Murad Ismail. Hari ini, mereka di kandidat lain,” kata Hayoto menjawab Kabar Timur via telepon selulernya, Rabu (16/10/2024).
Dikatakan, perangkat penyelenggara Pemilu, seperti Bawaslu Maluku, harus berani mengambil langkah-langkah tegas dalam mencegah materi-materi kampanye seperti ini.
“Tidak perlu ragu. Tindakan tegas harus diambil, agar kita dapat menciptakan kondisional jalannya “pesta” demokrasi ini dengan damai,” sebutnya.
Menurutnya, materi-materi kampanye yang mendidik itu, salah satunya mengagas program Maluku, lima tahun, kedepan untuk ditawarkan kepada publik.
“Bukan mengungkap-ungkap kecewa pribadi masa lalu, dijadikan bahan kamapnye seolah-olah Murad Ismail, melakukan kesalahan dan katidak mampuan menerut mereka,” papar Hayoto.
Dikatakan, menurut data resmi negara kepemimpinan lima tahun Murad Ismail memimpin Maluku, berehasil. Keberhasilan itu, salah satunya, yakni: memperoleh WTP dari BPK RI, lima tahun berturut-turut.
“Ini fakta dan bukti, yang tidak bis akita bantah. Artinya, Murad Ismail, lebih berhasil memimpin Maluku, dari pemimpin Maluku, sebelumnya,” terang Faisal Hayoto, yang juga politisi Golkar Maluku ini.
Karena itu, Faisal meminta, sebelum mengkritik, seharusnya Kembali ke belakang, apakah Ketika pimpin Maluku sebelumnya, berhasil ataukah tidak.
“Saya bicara keberhasilan didasarkan pada rujukan kinerja BPK RI. WTP lima tahun berturut-turut, sebagai bukti,” terangnya.
Terkait masalah materi kampanye, Murad Ismail begini dan begitu menurut jurkam Hendrik-Abdullah di panggung-panggung kampanye, sebetulnya tidak sinkron dengan fakta.
“Saya melihat, materi-materi kampanye mereka ini arahnya lebih pada upaya mengeluarkan unek-unek sakit hati pribadi, karena mungkin tidak mendapat porsi, kemudian kecewa dan lain-lain. Saya kira publik juga menilainya seperti itu,” kata Hayoto lagi.
Sedangkan, kesan atas mantan Gubernur Maluku, Said Assagaf dalam materi kampanye juga sepertinya sama. Gagal di Pemilukada lalu, jadi ajang balas dendam di Pemilukada 2024. “Publik dan saya membacanya seperti itu,” ungkap Faisal Hayoto, yang juga Ketua KNPI Maluku.
Dan, selama memimpin Maluku, Said Assagaf meninggalkan defisit ratusan miliar, yang akhirnya ditutupi oleh kempemimpinan Murad Ismail.
“Defisit ini juga merupakan kegagalan. Jadi itu, tadi saya katakan jangan mengkritik, seolah-olah kita ini paling berhasil, sementara data dan fakta bertolak belakang,” sambungnya.
Dikatakan, meninggalkan kekuasaan dengan defisit yang mencapai ratusan miliar adalah satu kegagalan, dan yang melanjutkan kepemimpinan Gubernur Maluku, Murad Ismail, menutupi defisit ratusan miliar, bukankah itu keberhasilan?
“Jangan kita bicara dengan pendekatan ilusi semata, tapi harus dengan data dan fakta, biar tidak jadi fitnah. Murad berhasil, itu fakta dan data kongkrtit, yakni: WTP lima tahun berturut-turut, yang tidak bisa dibantah,” sambungnya.
Menurut dia, menyampaikan materi kampanye dengan data dan fakta ini, setidaknya akan memberikan pelajaran politik bagi publik atau masyarakat Maluku, dengan baik. “Jangan dengan cara-cara yang tidak elok, seolah-olah kalain yang paling terbaik, padahal tidak,” tambahnya.
Sebagai politisi Partai Golkar atau kader Golkar, Faisal Hayoto menyakini, Murad Ismail-Michael Wattimena yang diusung koalisi Parpol, termasuk Partai Golkar masih yang terbaik. “Yakin, atau tidak, Pak Murad-Michael,” akan kembali memimpin Maluku,” kata Faisal. {}