Luhut Sebut Pasangan Prabowo-Gibran Simbol Harapan Indonesia Maju

Berita Golkar – Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan sedang menjalani pemulihan di Singapura. Luhut dirawat di negara tetangga sejak Kamis (5/10). Meski begitu, Luhut tetap mengamati dinamika politik di Indonesia jelang Pilpres 2024.

Ada tiga paslon akan bertarung, yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Nama terakhir, Prabowo-Gibran, paling menarik perhatian orang dekat Presiden Jokowi ini. Bahkan, Luhut menilai pasangan ini bisa menjadi simbol harapan Indonesia maju.

Berikut pernyataan lengkap Luhut dari Singapura pada Rabu (25/10):

Dari ruang pemulihan di Singapura yang tenang, berbagai hiruk-pikuk informasi dari Tanah Air masih tak lepas dari pendengaran saya, khususnya mengenai dinamika Pilpres 2024. Dengan rasa bangga, saya ingin mengucapkan selamat kepada sahabat baik saya, Pak Mahfud MD, yang kini resmi berdiri sebagai pendamping bagi Mas Ganjar. Tak lupa, rasa hormat saya sampaikan untuk Mas Anies dan Cak Imin yang kini juga telah berdiri di garis start pemilihan.

Namun, kabar yang sungguh menyita perhatian saya adalah bersatunya Pak Prabowo dan Mas Gibran sebagai pasangan Capres-Cawapres. Banyak yang menyambut ini dengan rasa optimisme, namun juga ada yang melihatnya dengan kacamata keraguan. Tapi ini biasa saja, adalah hal yang lumrah di sebuah negara demokrasi seperti Indonesia, setiap warganya mengungkapkan pendapat yang berbeda-beda. Namun, saya berharap agar setiap perbedaan pendapat sebaiknya bisa disampaikan dengan penuh adab, jauh dari caci maki dan ujaran fitnah yang tak berdasar.

Sepanjang puluhan tahun pengalaman saya mengarungi gelombang politik negara ini, saya memahami betul bahwa setiap keputusan yang diambil dalam arena politik selalu didasari oleh pertimbangan mendalam. Hal ini pun berlaku pada keputusan Pak Prabowo dan Mas Gibran. Ketika melihat keduanya dideklarasikan sebagai pasangan Capres dan Cawapres, gambaran yang muncul di benak saya adalah simbiosis antara kebijaksanaan dan energi baru yang terpadu dengan sempurna. Negeri kita, yang kaya bukan hanya dari sumber daya alam tetapi juga dari potensi besar generasinya, membutuhkan sinergi antara kebijaksanaan dari pengalaman dan inovasi generasi muda.

Masih terekam dalam ingatan saya bagaimana dahulu Pak Jokowi memasuki percaturan politik Indonesia. Diremehkan berbagai pihak ketika maju sebagai kontestan, namun menjelma menjadi salah satu tokoh yang sangat diperhitungkan. Memenangkan dua kali pemilihan presiden di Indonesia tidaklah sederhana, apalagi masih memiliki 80% lebih “approval rate” di setahun terakhir masa jabatannya. Hal ini menjadi bukti betapa rakyat sangat mendukung berbagai program yang dikerjakannya serta melihat beliau sebagai pemimpin yang tak tergantikan di Indonesia.

Maka saya melihat, keraguan yang muncul saat ini di pikiran banyak orang terhadap keputusan Pak Prabowo memilih Mas Gibran adalah hal yang dapat dipahami. Namun, kita harus selalu mengingat bahwa setiap langkah yang diambil oleh keduanya, saya yakini memiliki niat tulus untuk mewujudkan visi Indonesia Maju. Dalam jejak sejarah kita, persatuan dan kolaborasi telah terbukti sebagai kunci kemajuan bangsa. Hal ini pula yang saya lihat dari pasangan Prabowo-Gibran: simbol harapan untuk Indonesia Maju, sebuah sinergi antara persatuan dan percepatan untuk meneruskan pembagunan berkelanjutan yang sedang kita persiapkan saat ini.

Saya ingin menekankan pentingnya semangat rekonsiliasi yang telah dicontohkan oleh Pak Jokowi dan Pak Prabowo. Kita tentu tidak ingin kembali melihat terbelahnya masyarakat seperti di beberapa Pemilu lalu. Pelajaran dari pandemi Covid-19 dan tantangan lain seperti kondisi geopolitik global sekali lagi membuktikan bahwa persatuan adalah kebutuhan mutlak kita. Rekonsiliasi antara Presiden Jokowi dan Pak Prabowo telah memberikan banyak dampak positif bagi bangsa, sesuatu yang juga diakui oleh dunia internasional. Maka adalah hal yang wajar jika simbol persatuan ini perlu untuk dilanjutkan. Saya meyakini, kerja sama yang baik antara Pak Prabowo dan Mas Gibran akan membuat Indonesia semakin dekat dengan masa keemasannya.

Dan tentunya, saya akan selalu tegak lurus dalam mendukung visi yang dibawa Presiden Jokowi. Beliau mungkin bukanlah sosok yang sempurna, namun beliau telah memberikan banyak pelajaran berharga tentang bagaimana seorang pemimpin harus bertindak dan memutuskan sebuah pilihan. Loyalitas saya kepada beliau tidak pernah luntur, bukan hanya karena posisinya sebagai presiden, melainkan karena integritas, dedikasi, dan contoh yang beliau tunjukkan dalam setiap aspek kehidupannya.

Terakhir, saya ingin mengingatkan bahwa di era saat ini, lebih bijaksana untuk kita fokus pada membangun jalinan persahabatan daripada menciptakan permusuhan. Peran Pak Jokowi tak dapat disangkal telah memegang tempat yang penting dalam lanskap politik Indonesia. Dengan demikian, marilah kita senantiasa menjaga kerendahan hati, menjauhkan diri dari sikap angkuh, dan bergerak dengan penuh kesadaran serta empati.

Sebagai bangsa yang bhinneka, tentu kritik dan saran adalah unsur vital dalam dinamika kita. Tetapi kita tetap perlu memilah antara kritik yang konstruktif dan keraguan yang tak produktif. Kalaupun pada akhirnya kita harus berbeda pandangan dan pilihan, saya ingin mengajak, mari kita peluk prinsip “agree to disagree”. Kita boleh memiliki dan meyakini pilihan kita, tapi harus ingat, orang lain pun berhak punya pandangan dan pilihannya sendiri. Jadi, mari saling menghargai satu sama lain.

Jadikan momen Pemilihan Umum 2024 ini sebagai momen pendewasaan kita sebagai bangsa. Saya percaya, kita mampu melihat dan meraih potensi besar yang ada di depan kita selama kita menjadi bangsa yang bersatu. Kita sedang menulis sejarah dan takdir kita sendiri, menuju masa depan emas bagi Indonesia.

Singapura, 25 Oktober 2023,

Luhut Binsar Pandjaitan. {sumber}