Berita Golkar – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan info terbaru mengenai proyek Kereta Cepat Whoosh yang akan dilanjutkan hingga Surabaya.
Kerja sama Kereta Cepat Jakarta-Surabaya ini, kata Luhut, akan menggandeng kembali konsorsium China layaknya Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Dia mengaku bunga pinjamannya lebih rendah dari tawaran negara lain.
“Pak Jokowi mau Kereta Cepat Jakarta-Surabaya diteruskan. Tadi saya dengar perjanjian dengan dengan China juga jalan, malah bunganya jauh lebih murah daripada bunga yang ditawarkan negara lain,” kata Luhut melalui postingan akun Instagram pribadinya.
Selain terkait bunga pinjaman yang rendah dari China, Luhut memastikan teknologi kereta cepat dari negara Tirai Bambu itu sudah terbukti di Indonesia dengan rampungnya proyek KCJB.
“Dan teknologinya, kita sudah buktikan dan kita sudah punya pengalaman. Kan ini masalah kunci pertama ini adalah pembebasan tanah yang tidak jelas-jelas itu,” lanjutnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan pemerintah masih negosiasi terkait bunga utang proyek kereta cepat Jakarta Bandung (KCJB) Whoosh kepada China Development Bank (CDB).
Terakhir, pria yang akrab disapa Tiko ini mengatakan kisaran atau range bunga pinjaman yang akan diajukan pemerintah yakni 3,5-3,8 persen, meskipun belum ada finalisasi dengan pihak bank.
“Belum final, ini kan realisasi tim saya dengan Pak Seto Deputi Kemenko Marves range-nya 3,5-3,8 persen tapi belum pasti. Itu flow-nya di KAI ya,” ungkapnya saat ditemui di Taman Kota Peruri, Jumat (13/10).
Bakal Bebani APBN?
Meskipun bunga pinjaman China untuk kereta cepat lebih murah, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menilai skema pinjaman untuk pembangunan kereta cepat akan membebani APBN. Sebab, jarak yang ditempuh kereta cepat Jakarta-Surabaya lebih jauh dibandingkan jarak KCJB.
“Yang Whoosh skemanya business-to-business, cuma pemerintah ada penjaminan bukan skema utang. Kalau pak Luhut mengatakan demikian, berarti skemanya pinjaman atau utang, itu akan membebani APBN,” ujar Tauhid saat dihubungi kumparan, Minggu (29/10).
Tauhid mencermati bunga pinjaman yang disinggung Luhut belum dirinci dengan biaya investasi. Ia mengingatkan biaya investasi kereta cepat Jakarta-Surabaya sebaiknya tidak lebih mahal dibandingkan bunga yang dipatok sehingga tidak menimbulkan risiko tinggi.
Awalnya proyek Whoosh diperhitungkan akan membutuhkan dana USD 6,07 miliar, namun bengkak menjadi USD 7,5 miliar atau setara Rp 112 triliun (kurs Rp 15.000 per dolar AS).
“Kalau kemarin anggaran proyek Whoosh Rp 100 triliun, pasti 2 atau 3 kali lipat di kereta cepat Jakarta-Surabaya. Jaraknya lebih jauh, infrastruktur lebih banyak, itu harus dilihat kembali. Oke bunga lebih murah, tapi biaya investasi berapa ratus triliun?” tuturnya.
Apabila Indonesia tidak mampu membayar anggaran proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya, pemerintah China punya opsi memberi pinjaman ke Indonesia. Adapun peluangnya bisa dalam bentuk kepemilikan saham.
“Seperti yang terjadi di Sri Lanka, pemerintah China akan dikompensasi menjadi kepemilikan saham agar beban utang kita jadi berkurang. Lama-lama bisa tidak menjadi ownership kita. Padahal pemerintah China termasuk paling cepat ngasih utang ke kita kalau kita data dari utang luar negeri,” lanjut Tauhid. {sumber}