DPP  

Luluk Sarmuji Bagikan Pengalaman Budaya Literasi Jadi Penguat Keluarga Hadapi Ujian

Berita Golkar – Dalam Seminar Literasi bertema Meningkatkan Peran Perempuan dalam Membangun Budaya Literasi di Lingkungan Keluarga dan Komunitas di Jakarta, pada Senin (25/11/2024), Luluk Maknuniah Sarmuji membagikan kisah emosionalnya tentang bagaimana budaya literasi menjadi penguat keluarga saat menghadapi ujian berat.

Menurut Luluk, literasi bukan sekadar kegiatan membaca, tetapi juga sarana membangun koneksi emosional dalam keluarga.

“Sejak awal kehamilan, saya dan suami membiasakan membaca buku parenting serta membacakan cerita untuk anak-anak kami. Kebiasaan ini bukan hanya menambah wawasan, tetapi juga mendekatkan kami sebagai keluarga,” ujarnya.

Budaya literasi di keluarganya berperan besar saat mereka menghadapi cobaan berat: merawat dan kehilangan putra tercinta. Dari pengalaman itu, lahirlah sebuah buku yang menjadi simbol perjalanan emosional mereka.

“Kami tidak pernah berniat menulis buku. Ini hanya catatan sederhana dari perjalanan kami sebagai orang tua yang menemani anak kami berjuang melawan sakitnya,” tutur Luluk.

Ia menyebutkan, buku itu awalnya dimulai sebagai pengantar untuk buku Yasin, tetapi berkembang menjadi karya penuh berkat dorongan suami dan anak-anaknya.

Penulisan buku tersebut dilakukan dalam waktu singkat, hanya tiga hari tiga malam, di tengah suasana duka mendalam.

“Saya menulis sambil menangis, tetapi anak-anak saya selalu mendukung. Mereka membaca draf, memeluk saya, dan memberikan semangat,” kenangnya.

Buku tersebut mencatat perjalanan spiritual keluarga Luluk saat merawat putranya yang sakit hingga akhirnya berpulang. Sebanyak 1.200 eksemplar buku telah dicetak dan sebagian besar dibagikan kepada pihak-pihak yang membantu keluarga mereka, baik di dalam maupun luar negeri.

“Buku ini adalah wujud terima kasih kami kepada mereka yang telah mendukung kami, sekaligus pengingat akan cinta dan kekuatan keluarga,” ungkapnya.

Luluk juga menekankan bahwa budaya literasi tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga memiliki kekuatan menyembuhkan. “Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi bahwa literasi bukan hanya untuk belajar, tetapi juga untuk merangkul emosi kita dan mempererat hubungan keluarga,” ujarnya.

Ia mengakhiri dengan mengajak para peserta seminar untuk menumbuhkan budaya literasi dalam keluarga, terutama sebagai perempuan yang memiliki peran besar dalam pendidikan anak.

“Literasi adalah kekuatan. Dengan membiasakan membaca dan menulis, kita tidak hanya membangun wawasan, tetapi juga menghadirkan kasih sayang dan kekuatan dalam keluarga,” pungkas Luluk.

Kisah inspiratif Luluk menunjukkan bahwa literasi dapat menjadi cahaya di tengah kegelapan, membantu keluarga tetap kuat menghadapi berbagai ujian kehidupan. {}