Berita Golkar – Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita memberikan kuliah umum di Universitas Hiroshima, Jepang, Senin (14/7/2025). Dalam kesempatan ini, Menperin mengenalkan Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN). Dengan strategi ini, industri Indonesia siap take off alias lepas landas.
Kuliah umum bertajuk “Strategi Baru Industrialisasi Indonesia untuk Ketahanan Pangan dan Energi” ini, dimulai sekitar pukul 14.00. Wartawan Rakyat Merdeka Aditya Nugroho, ikut menyaksikan langsung kuliah umum yang juga dihadiri dosen, peneliti dan mahasiswa Universitas Hiroshima.
Menperin mengatakan, SBIN sebagai kerangka komprehensif untuk menavigasi masa depan Indonesia di tengah dunia yang pasca-pandemi, pasca-karbon dan multipolar.
“SBIN bukan sekadar paket kebijakan. Namun kerangka komprehensif yang dirancang untuk menavigasi Indonesia melewati kompleksitas dunia pasca-pandemi Covid-19, pasca-karbon, dan pasca-unipolar,” ujar Menperin, dikutip dari RakyatMerdeka.
Menurut Politisi Partai Golkar itu, ekonom terkemuka Indonesia, Prof. Sumitro Djojohadikusumo mengatakan, industrialisasi bukan sekadar aktivitas ekonomi melainkan sebuah proyek politik dan peradaban. Mengambil inspirasi dari Strukturalis Amerika Latin, Sumitro memperingatkan bahwa negara-negara yang hanya mengandalkan ekspor bahan mentah akan tetap terjebak dalam siklus ketergantungan, kerentanan, dan keterbelakangan.
“Dia mempelajari Hipotesis Prebisch-Singer dan menerapkannya langsung pada konteks Indonesia, dengan mendorong pembangunan pabrik baja, pabrik pupuk, industri pengolahan, dan kapabilitas rekayasa nasional,” katanya.
Menurut Menperin, pandangan Sumitro sejalan dengan karya ekonom Arthur Lewis, yang dalam Dual Sector Model-nya menjelaskan, industrialisasi bukan sekadar masalah investasi, melainkan transformasi struktur ketenagakerjaan, sistem kelembagaan dan penciptaan nilai.
Menperin berpendapat, Indonesia kini berada pada tahap lepas landas akhir di banyak sektor. Tidak lagi sekadar berusaha melakukan industrialisasi, tapi sedang mencoba untuk merestrukturisasi industrialisasi Indonesia sehingga tidak lagi hanya menguntungkan segmen masyarakat tertentu saja atau melayani kepentingan pasar luar saja.
“Melainkan juga mengangkat daerah pedesaan kita, memperkuat ketahanan kita dan membangun kapasitas nasional,” katanya.
Kata dia, SBIN bertumpu pada empat program nasional utama, yaitu hilirisasi sumber daya alam, peningkatan teknologi, industrialisasi hijau dan pengembangan sumber daya manusia.
Dalam program hilirisasi, Menperin mencontohkan bagaimana kawasan industri seperti Morowali telah berkembang dari wilayah terpencil menjadi klaster global untuk pemurnian nikel dan komponen baterai.
“Kita tidak lagi sekadar mengekspor nikel mentah. Kini kita memproduksi stainless steel dan nikel sulfat berkualitas tinggi,” katanya.
Dia menambahkan, Indonesia juga tengah membangun rantai nilai untuk komoditas strategis seperti kobalt, litium dan tanah jarang yang menjadi kunci dalam transisi energi global.
Di sektor energi dan pangan, Menperin menegaskan, pentingnya kedaulatan bukan dalam arti isolasi, melainkan sebagai kapasitas.
“Kita harus mampu mengolah dan mendistribusikan hasil kita sendiri, termasuk biofuel, vaksin hingga bahan baku farmasi aktif,” ujarnya.
Pilar kedua SBIN, lanjut Menperin, berfokus pada peningkatan teknologi melalui peta jalan Making Indonesia 4.0. Kemenperin mendorong industri menjadi lebih pintar dan berdaya saing. Bahkan industri kecil menengah kini telah terhubung dengan teknologi digital berkat pusat keunggulan yang kita bangun.
Pilar ketiga, Menperin menekankan pentingnya industrialisasi hijau yang mengintegrasikan prinsip keberlanjutan. Dia mencontohkan penerapan ekonomi sirkular di sektor semen, makanan, dan kelapa sawit.
“Kami bergerak menuju ekonomi sirkular, tidak hanya untuk memenuhi standar ESG, tapi juga untuk menekan biaya dan menarik investasi hijau,” katanya.
Sebagai pilar keempat, pengembangan sumber daya manusia menjadi fokus utama SBIN. Pemerintah membangun politeknik, sekolah kejuruan, dan platform digital guna menyiapkan tenaga kerja masa depan.
“Kami bekerja sama dengan institusi Jepang untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan robotika, presisi mesin, dan otomatisasi industri,” jelas Menperin.
Menperin juga menekankan industrialisasi Indonesia hari ini bukan semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi membangun ketahanan nasional dan menjadi mitra aktif dalam stabilitas kawasan dan dunia.
“Indonesia tidak lagi menjadi peserta pasif dalam sistem global. Kita sedang membangun kapasitas untuk menjadi aktor yang percaya diri dan berdaya saing,” tutup Menperin. {}