DPP  

Menjawab Kekeliruan ‘Bocor Alus Podcast’ Tempo Soal Partai Golkar

Berita GolkarPada tayangan youtube Bocor Alus Tempo yang berjudul, ‘Dugaan Permainan Izin Tambang Menteri Investasi Bahlil Lahadalia’ terdapat pembahasan yang sedikit mengusik ketenangan Partai Golkar pasca Pemilu 2024.

Kami, Redaksi Golkarpedia merasa memiliki kewajiban untuk meluruskan informasi yang simpang siur sekaligus menggunakan hak jawab terhadap apa yang dibicarakan pada podcast tersebut. Sebab informasi yang dikeluarkan oleh Tempo kami rasa tidak berdasar dan lemah secara fakta.

Pembahasan mengenai Partai Golkar itu dibahas oleh jurnalis Tempo, Stefanus Pramono, Erwan Hermawan dan Fransisca Christy Rosana. Pembahasan mengenai Partai Golkar sendiri terjadi pada menit 36.55-42.10.

Di menit 36.55- 37.38 Fransisca Rosana mengatakan bahwa:

Bahlil ini kan memang berkeinginan menduduki kursi Golkar 1, sejak setahun belakangan semakin kencang. Ini bukan dongeng ya. Jadi ada sejumlah tokoh di Golkar bercerita di pertengahan tahun lalu, Jokowi memberi restu atau apa ya namanya, mempersilahkan Bahlil untuk menjadi Ketua Umum Golkar.’

Di menit 37.48-38.30 Fransisca Rosana mengatakan bahwa:

‘Ada dua orang yang diinginkan Jokowi jadi Ketum Golkar saat itu, Bahlil dan Luhut. Sejumlah politikus Golkar melihat ada semacam wacana, kalau Bahlil jadi Ketum Golkar, Jokowi akan jadi Ketua Dewan Pembina Partai Golkar.’

‘Dan sebetulnya wacana Bahlil mengambil Golkar itu terjadi saat Jokowi gonjang-ganjing dengan PDIP kan. Jokowi juga mencari tempat berlabuh, setelah misalnya tidak lagi di PDIP, dia akan kemana. Karena tentu saja setelah menjadi presiden, dia kan harus mempunyai kekuatan lain, yakni di partai.’

Jawaban:

Berdasarkan apa yang disampaikan oleh jurnalis Tempo Fransisca Rosana. Kami bisa pastikan bahwa hal tersebut tidak benar. Informasi tidak benar itu dimulai dari isu pengambilalihan Golkar. Pertama, Jokowi tidak ada dalam lingkaran isu tersebut dan tak pernah memberi restu terhadap siapapun yang dikatakan oleh Tempo hendak mengambil alih Golkar.

Kedua, untuk apa Golkar diambil alih? Apakah ada keuntungan bagi Jokowi merestui Bahlil mengambil alir Golkar? Sedangkan partai ini, di bawah komando Airlangga Hartarto masih sangat loyal berada di barisan pendukung Presiden Jokowi. Terminologi ‘mengambil alih’ dalam politik bisa dimanifestasikan pada sesuatu yang mengancam atau mulai tak lagi loyal sebagai mesin politik kekuatan dukungan.

Faktanya akan kami buka di sini, bahwa ada oknum-oknum politisi Partai Golkar yang menghadap Bahlil secara bergiliran dan berkali-kali. Agenda mereka menghadap Bahlil adalah mencari dukungan untuk menggulingkan Airlangga Hartarto dari kursi Ketua Umum DPP Partai Golkar pada medio Juli 2023.

Mereka menghadap Bahlil bukan dengan tangan kosong, tetapi membawa hasil survei Litbang Kompas terhadap partai politik di bulan Mei 2023 yang saat itu berada di angka 7,3%. Angka survei Partai Golkar ini bahkan berada di bawah Partai Demokrat dengan 8,0%.

Tak hanya membawa hasil survei Partai Golkar yang dianggap oleh mereka sangat jeblok, mereka juga menjanjikan bahwa 2/3 DPD I Partai Golkar se-Indonesia sudah siap apabila Partai Golkar melakukan Munaslub saat itu. Bahlil Lahadalia yang percaya oleh bujuk rayu mereka mulai melakukan tes ombak dengan menyatakan diri di hadapan media ingin menjadi Ketua Umum Partai Golkar.

Tak hanya Bahlil Lahadalia, Luhut Binsar Pandjaitan juga turut mereka temui. Tetapi Luhut sempat berkomunikasi dengan Ketua Dewan Pembina Partai Golkar, Aburizal Bakrie untuk memeriksa klaim dari politisi Golkar yang datang ke hadapannya. Aburizal Bakrie saat itu membantah seluruh klaim tersebut. Ia menegaskan Partai Golkar harus solid di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto.

Nyatanya memang seluruh DPD I Partai Golkar se-Indonesia menyatakan soliditasnya di bawah kepemimpinan Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto dan menolak wacana Munaslub. Selain itu, tak ada arahan apapun dari Presiden Jokowi terhadap manuver-manuver yang dilakukan oleh politisi-politisi Partai Golkar tersebut, baik kepada Bahlil Lahadalia ataupun Luhut Binsar Pandjaitan.

Merasa bahwa ada beberapa politisi yang bermanuver dan mengklaim dukungan dari DPD I Partai Golkar se-Indonesia, pada 31 Juli 2023 di Bali, Ketua Umum Airlangga Hartarto mengumpulkan mereka semua. Upaya itu dilakukan Airlangga Hartarto untuk menunjukkan kepada publik, bahwa klaim mereka yang menghadap Luhut dan Bahlil itu tidak benar.

Wacana Munaslub Partai Golkar mentah seketika. Lepas bulan Agustus 2023, pada tanggal 3 Agustus Airlangga Hartarto kembali menemui Ketua Dewan Pembina DPP Partai Golkar, Aburizal Bakrie; Ketua Dewan Pakar, Agung Laksono; dan Ketua Dewan Penasihat, Akbar Tandjung sebagai afirmasi atas soliditas Partai Golkar yang terbangun tidak hanya di tingkatan DPD I tapi sampai pada sesepuh Partai Golkar.

Jadi tak benar bahwa isu Munaslub itu karena peran Bahlil dan Jokowi. Isu itu berangkat dari manuver yang dilakukan oleh oknum politisi Partai Golkar sendiri. Presiden Jokowi juga tak melakukan apapun, apalagi sampai menginginkan Munaslub bagi Partai Golkar. Terbukti, kemesraan Airlangga Hartarto dan Presiden Jokowi sampai saat ini masih sangat lekat.

Selain wacana Munaslub yang dibahas oleh youtube podcast Bocor Alus Tempo. Mereka juga membahas mengenai kontribusi Bahlil terhadap pemenangan Partai Golkar yang lagi-lagi kami bisa katakan bahwa hal tersebut tak benar dan tidak memenuhi kaidah cover both side jurnalisme.

Pada menit 39.14 jurnalis Tempo Fransisca Rosana mengatakan bahwa:

‘Golkar ini di Pileg kan kenaikannya cukup drastis ya. Sekarang di awal Maret sesuai dengan Real Count sudah 15 persenan dan tipis sekali jaraknya dengan PDIP yang unggul ya. Dan memang ada peran Bahlil untuk membantu pemenangannya Golkar dalam arti perolehan suara Golkar. Beberapa kolega Bahlil bercerita ya bahwa Bahlil ini menjaga suara Golkar di beberapa tempat, misalnya Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sumatera Selatan.

‘Misalnya Bahlil berinteraksi dengan Ketua DPD Golkar. Ketua DPD Golkar beberapa kali dipanggil ke markas TKS yang ada di Jalan Subang nomor 20 tadi ya. Membicarakan soal trik atau strategi kemenangan. (Bahlil) membantu logistik juga.’

‘Ada beberapa kolega Bahlil bercerita, misalnya jika DPP Golkar atau Airlangga ngasih nih 10 ribu baliho, Bahlil akan mengirimkan dua kali lipatnya, 20 ribu baliho. Ini dalam rangka meningkatkan bargaining di Golkar, terutama di daerah. ’

Jawaban:

Pertama harus kami tebalkan dan garis bawahi bahwa narasumber yang diambil Tempo terhadap pembahasan ini adalah ‘Kolega Bahlil’. Tentu faktor subjektivitas sangat besar apabila hanya mengambil informasi dari satu pihak. Pertanyaan kami, apakah Tempo pernah mencari informasi dari DPD I yang dikatakan pernah dibantu oleh Bahlil dalam proses pemenangan? Kami yakin, tidak.

Karena memang hal itu tidak pernah terjadi. Tidak ada bantuan secara kelembagaan dari Bahlil Lahadalia kepada DPD I ataupun DPD II di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sumatera Selatan. Namun, kami tak menampik jika ada bantuan-bantuan terhadap individu kepada para Caleg.

Kami juga mencatat, jika ingin menduduki kursi Ketua Umum Partai Golkar, tidak masuk logika politik bahwa kompetitor seperti Bahlil justru membantu pemenangan Partai Golkar di bawah komando Airlangga Hartarto. Membantu pemenangan ini justru akan membuat posisi Bahlil semakin sulit, dan kedudukan Airlangga Hartarto makin tak tergoyahkan sebagai Ketua Umum karena mendulang keberhasilan di Pemilu 2024.

Yang seharusnya dilakukan Bahlil adalah menggembosi raihan suara Partai Golkar dan membuat kinerja Airlangga Hartarto seolah gagal memimpin partai ini. Jika dikatakan Bahlil membantu pemenangan Partai Golkar, berarti Bahlil setuju jika Airlangga Hartarto harus melanjutkan kepemimpinan sebagai Ketua Umum Partai Golkar untuk periode ketiganya.

Demikian jawaban kami terhadap apa yang sudah disampaikan redaksi Tempo melalui podcast Bocor Alus tanggal 2 Maret 2024. Kami berharap, investigasi dan riset bisa diutamakan dalam pengelolaan informasi apalagi jika ini akan menjadi konsumsi publik. Terimakasih. {redaksi}