Berita Golkar – Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menegaskan komitmen pemerintah untuk mendorong partisipasi perempuan dalam ekosistem kecerdasan buatan (AI) guna menciptakan solusi yang lebih beragam dan mencegah reproduksi bias dalam masyarakat.
Meutya menyampaikan, saat ini keterlibatan perempuan dalam pengembangan dan kepemimpinan AI masih sangat terbatas.
“Pemerintah mendorong partisipasi perempuan dalam ekosistem AI. Data menunjukkan bahwa keterlibatan perempuan dalam pengembangan dan kepemimpinan AI masih jauh dari ideal,” ujar Meutya dalam keterangannya, Sabtu (15/3/2025), dikutip dari SinPo.
Dia juga menekankan, pentingnya inklusifitas gender dalam teknologi seperti AI tidak hanya bertujuan untuk menciptakan solusi yang lebih beragam, tetapi juga untuk memastikan bahwa AI tidak mereproduksi bias yang ada di masyarakat.
Menurutnya, keberagaman perspektif dalam teknologi sangat diperlukan agar kecerdasan buatan dapat lebih bermanfaat dan adil bagi semua kalangan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Meutya mengatakan, pemerintah akan terus memperkuat kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari akademisi, pelaku industri, hingga organisasi internasional.
“Langkah ini bertujuan untuk memastikan perempuan mendapatkan akses dan peluang yang setara dalam industri AI,” tuturnya.
Namun, di balik peluang tersebut, dia juga menyoroti tantangan yang dihadapi pekerja perempuan dengan adopsi AI. Meutya menyebut, otomatisasi yang didorong oleh perkembangan AI berpotensi mengancam pekerjaan yang selama ini didominasi oleh perempuan.
“Jika kita tidak mengambil langkah yang tepat, kesenjangan digital antara laki-laki dan perempuan bisa semakin melebar,” ujar Meutya,
Menkomdigi menekankan pentingnya membangun ekosistem AI yang tidak hanya canggih, tetapi juga beretika, inklusif, dan bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Selain itu, pemerintah juga telah mengambil langkah konkret untuk mendukung transformasi digital yang inklusif dan beretika.
“Salah satunya adalah pengesahan Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi untuk menjaga keamanan data masyarakat, serta penerbitan Surat Edaran Etika AI yang menekankan transparansi, inklusivitas, dan non-diskriminasi dalam pengembangan teknologi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Meutya juga menyebutkan, pemerintah telah berfokus pada pengembangan infrastruktur digital dan literasi AI di seluruh Indonesia. Salah satu program penting ialah memperluas akses internet ke seluruh pelosok negeri, sehingga setiap warga negara, termasuk perempuan dan kelompok rentan, memiliki kesempatan yang sama untuk memanfaatkan teknologi.
“Gerakan untuk meningkatkan literasi AI kini diperkuat dengan fokus pada perempuan dan kelompok rentan, agar mereka tidak tertinggal dalam era otomatisasi ini,” tandasnya. {}