Berita Golkar – Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, berbicara soal Artificial Inteligence (AI) di depan mahasiswa Sekolah Tinggi Multi Media (STMM) Yogyakarta, Rabu (11/12/2024).
Meutya mengingatkan, AI adalah tantangan yang harus dihadapi anak-anak muda dan mereka harus siap sejak dini.
“Salah satu juga yang kita hadapi, bukan di depan tapi bahkan sudah mulai saat ini adalah bagaimana anak-anak muda kita siap untuk menghadapi kecerdasan artifisial,” ujarnya di hadapan mahasiswa STMM Yogyakarta, Rabu (11/12/2024).
Ia menyebut, anak muda akan mengalami kesulitan jika tak mempersiapkan dirinya dengan baik menghadapi teknologi AI. “Namanya kecerdasan artifisial, artinya memang amat sangat cerdas,” ucap dia.
“Dan kalau kita tidak mempersiapkan diri menghadapi mesin-mesin yang amat sangat cerdas, maka kita tentu akan sulit,” imbuhnya.
Selain berbicara soal AI, Meutya juga mengecek sejumlah fasilitas STMM yang akan berubah nama menjadi Politeknik Digital (Poldigi) Yogyakarta.
Dalam kesempatan itu, Meutya mengungkapkan bahwa kampus STMM akan membuka dua program studi baru, yakni Sarjana Terapan Teknologi Digital dan Magister Terapan Transformasi Digital. Dua program studi itu dipersiapkan untuk menghadapi tantangan kemajuan teknologi digital.
Ketua Komisi I DPR RI 2019–2024 itu pun menegaskan bahwa persiapan menghadapi tantangan teknologi AI itu juga perlu kekuatan, ketahanan, hingga kebijaksanaan menggunakan AI.
“Bukan berarti kita tidak optimis, tapi ini era yang memang challenging, memerlukan resilience atau kekuatan, ketahanan, ketekunan, dan juga tentu kecerdasan. Tapi yang paling tidak boleh dilupakan adalah kebijaksanaan,” jelas dia.
“Saya juga menyampaikan bahwa dalam menghadapi kemajuan teknologi, pemimpin-pemimpin harus punya wisdom, harus wise,” terangnya.
Lebih lanjut, Meutya juga menekankan bahwa manusia harus menjadikan teknologi AI sebagai kawan alih-alih lawan.
“Kita tidak perlu kemudian berhadapan, berlawanan dengan teknologi ini, dan saya termasuk yang merasa bahwa teknologi harus di-embrace, harus kita ikuti, harus kita sanggup, bukan malah dihadapi, berhadapan-hadapan,” katanya.
“Tapi, bagaimana kita bisa mengambil keuntungan, kemanfaatan semaksimal dari kecerdasan artifisial inilah yang perlu ilmu-ilmu tersendiri,” pungkas dia. {}