Berita Golkar – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor energi hingga Semester I 2025 telah mencapai Rp138,8 triliun atau 54,5 persen dari target APBN tahun ini. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut capaian tersebut diraih di tengah tekanan penurunan harga komoditas energi global.
“Target PNBP kita itu di tahun 2025 sebesar Rp254,5 triliun, sudah tercapai Rp138,8 triliun,” ucap Bahlil dalam konferensi pers capaian kinerja Semester I 2025 Kementerian ESDM di Jakarta, Senin (11/8/2025).
Berdasarkan data Kementerian ESDM, Harga Rata-Rata Minyak Mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada Juni 2025 berada di level 69,33 dolar AS per barel, lebih rendah dibanding asumsi ICP dalam APBN yang sebesar 82 dolar AS per barel. Penurunan juga terjadi pada harga batu bara dunia, yang melemah sekitar 25–30 persen.
“Bayangkan, di tengah gejolak harga minyak turun, harga komoditas batu bara turun, kami harus berusaha tetap untuk mencapai Rp254,5 triliun,” kata Bahlil.
Selain mencatat penerimaan negara, sektor ESDM juga berkontribusi besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Sepanjang Semester I 2025, sektor ini berhasil menyerap 753.578 pekerja. “Investasi yang lebih dari Rp200 triliun, ini hasil penyerapan tenaga kerjanya,” ucap Bahlil.
Sebelumnya, Bahlil memaparkan realisasi investasi di sektor ESDM pada Semester I 2025 mencapai 13,9 miliar dolar AS atau setara Rp225,8 triliun (kurs Rp16.251). Angka ini tumbuh sekitar 24,1 persen dibanding periode yang sama pada 2024, yang sebesar 11,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp181,01 triliun, sekaligus menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Subsektor migas menjadi penyumbang terbesar investasi dengan nilai 8,1 miliar dolar AS (Rp131,63 triliun), diikuti subsektor mineral dan batu bara (minerba) sebesar 3,1 miliar dolar AS (Rp50,38 triliun). Selanjutnya subsektor listrik mencatat 1,9 miliar dolar AS (Rp30,88 triliun) dan subsektor energi baru, terbarukan, serta konservasi energi (EBTKE) menyumbang 0,8 miliar dolar AS (Rp13,00 triliun).