Berita Golkar – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia mengatakan batu bara masih merupakan salah satu sumber energi yang murah dan kompetitif. Menurutnya, jika produksi, penerimaan negara, dan pertumbuhan ekonomi daerah meningkat, maka batu bara akan tetap menjadi andalan sumber energi sembari mengupayakan peningkatan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Meski demikian, Ketua Umum Partai Golkar ini mengklaim sudah mempertimbangkan kondisi energi fosil, termasuk batu bara di masa depan, seiring perkembangan energi dan industri hijau di dunia. Apalagi, Indonesia ikut berkomitmen dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK).
“Pemerintah meyakini selama teknologi masih belum terjangkau, perlu adanya penyesuaian dengan kondisi ekonomi dalam negeri,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Tempo pada Rabu (4/12/2024).
Bahlil juga mendorong industri smelter untuk mencampur bahan bakar dengan menggunakan gas serta sebagian lainnya tetap memanfaatkan batu bara.
“Tapi produk kita di global harganya akan beda. Kalau kita memakai EBT 100 persen, harga jualnya dengan energi fosil atau batu bara akan berbeda, pasti EBT punya akan lebih mahal. Itu tergantung Bapak Ibu semua. Saya berpendapat bahwa hilirisasi ini harus menjadi bagian yang kita lakukan hari ini,” imbuh dia.
Kemudian, untuk mewujudkan swasembada energi yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto, Bahlil berujar bahwa Indonesia tidak bisa hanya bergantung pada energi fosil. Karena itu, ia mendorong program mandatori biodiesel yang akan berlaku mulai 1 Januari 2025. Pemerintah akan menerapkan mandatori biodiesel 40 persen (B40), yang nantinya akan ditingkatkan menjadi B50. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada impor solar.
“Kalau B50, maka kita tidak akan lagi impor solar. Arahan Presiden Prabowo, begitu lifting kita belum mencapai untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, mau tidak mau kita harus dorong kepada B100, baik solar maupun bensin,” kata dia.
Presiden Prabowo Subianto juga menunjuk Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, sebagai Ketua Satuan Tugas (Satgas) Hilirisasi. Satgas ini bertugas mengintegrasikan perizinan sehingga akan mempercepat peningkatan nilai tambah di beberapa komoditas, di antaranya mineral dan batubara.
Menurut Bahlil, Indonesia memiliki potensi besar di sektor mineral dan batu bara. Cadangan nikel Indonesia menempati peringkat pertama di dunia, dengan 42 persen dari total cadangan global. Untuk bauksit, Indonesia berada di peringkat keempat dengan 9,8 persen. Cadangan tembaga menempati posisi kesembilan dunia dengan 2 persen, sementara emas berada di posisi keempat dengan 5,8 persen.
Selain itu, Indonesia juga merupakan produsen timah terbesar di dunia dengan 34,47 persen cadangan global, dan batu bara menempati peringkat keenam dunia dengan 3 persen dari total cadangan global.
“Bapak Presiden kan sangat fokus betul terkait hilirisasi, maka dipandang perlu untuk dibuatkan satgas, dan sekarang prosesnya lagi berjalan. Satgas ini melibatkan kementerian-kementerian teknis,” ujar Bahlil, ditemui usai acara Indonesia Mining Summit 2024 di Jakarta, Rabu (4/12/2024), seperti dikutip dari Antara.
Dalam Satgas Hilirisasi, Bahlil akan mengoordinasikan percepatan di Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Pertanian, serta Kementerian Perindustrian.
“Semua akan gabung di situ dalam rangka melakukan kerja biar cepat. Karena kalau sendiri-sendiri itu nanti izin-izin dan segala macam akan lama, dan Presiden maunya cepat. Jadi, kita membuat satgas,” ujar dia. {}