Berita Golkar – Pertumbuhan perekonomian Indonesia yang ditetapkan Pemerintah dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) gagal mencapai target 5,3 persen pada 2023. Sepanjang tahun 2023 ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,05 persen.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi pada 2023 salah satunya disebabkan oleh perekonomian global yang mengalami perlambatan. Selain itu, melambatnya pertumbuhan ekonomi juga disebabkan fenomena cuaca El Nino yang berkepanjangan.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional 2023 capaian 5,05 persen lebih tinggi dari perkiraan sejumlah lembaga internasional. “Angka ini lebih tinggi dari consense forecast yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi kita pada 2023 adalah 5,03 persen,” kata Airlangga di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (5/2/2024).
Ketua Umum Partai Golkar itu menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 juga relatif lebih tinggi dengan inflasi yang lebih rendah dibandingkan negara lain.
Dari segi pertumbuhan ekonomi, Indonesia berada di bawah China (5,20 persen), Filipina (5,57 persen) dan Uzbekistan (6 persen). Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat 5,05 persen sejajar dengan Vietnam yang juga mencatatkan angka yang sama.
Kemudian, dari sisi pengendalian inflasi, Indonesia juga lebih stabil dibandingkan Korea Selatan (3,2 persen), Jerman (3,7 persen), bahkan Rusia (7,42 persen). “Pengendalian inflasi Indonesia juga lebih baik. Indonesia bisa menahan inflasi 2,61 persen. Inflasi kita itu sebagai top lima. Di atas kita Jepang, Arab Saudi, Italia dan China,” jelas Airlangga.
Lebih lanjut, dari sektor lapangan usaha, sektor konstruksi tumbuh 7,68 persen, sektor industri pengolahan tumbuh 4,07 persen, sektor pertambangan dan penggalian juga tumbuh sebesar 7,46 persen.
Adapun lapangan usaha dengan pertumbuhan kumulatif tertinggi adalah transportasi dan pergudangan yang tumbuh 13,96 persen. Disusul oleh jasa lainnya sebesar 10,52 persen serta akomodasi, makanan dan minuman 10,01 persen.
“Dengan berbagai catatan positif tersebut, kita optimistis ekonomi Indonesia tetap solid dan bisa mencapai target 5,2 persen pada 2024,” ujar Airlangga.
Untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi tahun ini, kata Airlangga, Pemerintah akan mendorong industrialisasi.
Namun, ada permasalahan yang harus diselesaikan Pemerintah, yaitu, kontribusi manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang terus menurun sejak era 2000-an.
Mantan Menteri Perindustrian itu menjelaskan, pada 2002 kontribusi industri manufaktur terhadap PDB mencapai 32 persen dan terus merosot hanya menjadi 18,3 persen pada 2022. Pada 2023 pun kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB juga masih stagnan di kisaran 18 persen, yakni 18,67 persen.
Sebab itu, Airlangga mengatakan, strategi yang akan digunakan untuk terus memperbesar peran industri manufaktur itu, yakni dengan mengkombinasikan peranannya melalui integrasi dengan kinerja pertumbuhan sektor perdagangan dan jasa.
Kombinasi industri pengolahan atau manufaktur dengan sektor perdagangan dan jasa sudah banyak dilakukan di negara-negara maju, untuk terus mempertahankan laju pertumbuhan ekonominya.
Skema itu dikenal dengan istilah servicification atau servisifikasi yang ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas jasa yang terkait manufaktur seperti kegiatan desain, riset dan pengembangan, serta purnajual.
Dengan demikian, meski kontribusi sektor industri pengolahan mengalami penurunan, kondisi tersebut belum membuktikan adanya gejala deindustrialisasi prematur.
“Dengan strategi integrasi sektor manufaktur dengan sektor perdagangan dan jasa, kontribusi ketiganya terhadap PDB akan tetap setara dengan kontribusi sektor manufaktur yang sebesar 32 persen, jadi itu relatif solid dan kuat,” ujar Airlangga.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, capaian pertumbuhan ekonomi 5,05 persen pada 2023 merupakan cerita positif dari perekonomian Indonesia.
Apalagi 2023 menjadi tahun yang sejak awal diprediksi banyak lembaga internasional sebagai tahun yang penuh tantangan dan turbulensi.
Meski perekonomian dunia mengalami perlambatan, Alhamdulillah perekonomian Indonesia masih tetap tumbuh positif. Terima kasih kepada seluruh komponen masyarakat yang terus bekerja keras dalam menjaga Indonesia bersama.
“Mari kita terus lanjutkan dan tingkatkan berbagai upaya ini untuk membangun Indonesia ke depan,” ujar Sri Mulyani melalui akun Instagram @smindrawati, Selasa (6/2/2024).
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2023 sebesar 5,05 persen atau di bawah target Pemerintah sebesar 5,3 persen, tidak cukup buat mengantarkan Indonesia menjadi negara maju pada 2045. {sumber}