Berita Golkar – Anggota Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun memaparkan sejumlah faktor pendukung penguatan perekonomian Indonesia pada 2024. Pertama peningkatan konsumsi dan investasi berkat kondisi makro ekonomi yang baik.
Menurut Misbakhun, kondisi makro ekonominya harus dijaga supaya masyarakat mempunyai kemampuan untuk mempunyai daya beli.
“Utamanya adalah masyarakat dijaga tetap mempunyai pekerjaan, pekerjaan tersedia kalau kita mempunyai investasi yang bagus, investasi yang bagus itu harus diciptakan oleh kondisi makro ekonomi yang kondusif. Makro ekonomi yang kondusif ini adalah salah satu prasyarat untuk terjadinya sebuah iklim investasi yang bagus,” kata Misbakhun dalam Webinar Pertumbuhan Kredit di Tengah Ancaman Risiko Global di Jakarta, Selasa 25 Juni 2024.
Per triwulan I-2024, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 4,91 persen dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 54,93 persen. Untuk realisasi investasi pada periode yang sama, tercatat sebesar Rp401,5 triliun atau meningkat 22,1 persen dibanding tahun sebelumnya.
Faktor kedua penguatan ekspor komoditas Indonesia. Per Mei 2024, nilai ekspor tanah air tercatat sebesar 22,33 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Beberapa penyumbang ekspor terbesar antara lain bakar mineral 3,3 miliar dolar AS, besi dan baja 2,1 miliar dolar AS, mesin dan perlengkapan elektrik 1,2 miliar dolar AS, lalu bijih logam, terak dan abu menyumbang sebanyak 1,03 miliar dolar AS.
Selanjutnya ialah logam mulia dan perhiasan/permata 962 juta dolar AS, kendaraan dan bagiannya 926 juta dolar AS, nikel dan turunannya 849,6 juta dolar AS, ekspor alas kaki 617 juta dolar AS, dan berbagai produk kimia sebanyak 558,5 juta dolar AS. Indonesia dalah penghasil komoditas terbesar di dunia dalam beberapa kategori.
“Nikel kita terbesar, batu bara kita terbesar, sawit kita terbesar, karet kita terbesar, dan beberapa produk olahan hutan kita juga yang terbesar. Artinya Bahwa penguatan ekspor ini juga menjadi pendukung bagusnya performance ke ekonomi Indonesia,” ungkap dia.
Adapun faktor ketiga yaitu ketahanan sistem keuangan dari dampak gejolak ekonomi global. Menurut dia, Indonesia telah membuktikan kepada dunia telah berhasil keluar begitu cepat dari zona krisis saat periode pandemi Covic-19, dan mampu memulihkan perekonomian dengan pertumbuhan di atas 5 persen pasca pandemi.
Pengendalian inflasi agar tetap rendah turut menjadi faktor pendukung perekonomian Indonesia pada tahun 2024. Per Mei 2024, tingkat inflasi mencapai 2,84 persen, masih berada di kisaran target inflasi tahun ini antara 1,5-3,5 persen.
Faktor kelima adalah kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN). Secara umum, besaran perbaikan penghasilan berupa kenaikan gaji untuk ASN Pusat dan Daerah/TNI/Polri sebesar 8 persen dan kenaikan untuk pensiunan sebesar 12 persen yang mulai berlaku sejak Maret 2024.
Keenam, keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam (SDA).Hingga kuartal I-2024, realisasi investasi di bidang hilirisasi telah mencapai Rp75,8 triliun yang terdiri dari sektor mineral, yakni smelter sebesar Rp43,2 triliun, nikel Rp33,4 triliun, tembaga Rp8,4 triliun.
Di sektor kehutanan, yakni pulp and paper sebesar Rp13,3 triliun, sektor pertanian crude palm oil (CPO)/Oleochemical Rp11,1 triliun, kemudian sektor minyak dan gas dari petrochemical Rp7,4 triliun, dan sektor ekosistem kendaraan listrik dari baterai kendaraan listrik Rp800 miliar.
Terakhir, pembangunan Infrastruktur di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dianggap berkontribusi dalam upaya pemerataan ekonomi. Ini akan memberikan sebuah dampak yang kuat bagaimana konsentrasi pembangunan infrastruktur maupun yang lain tidak hanya berpusat di pulau Jawa semata.
“Ada Pulau Kalimantan, ada Sumatera, ada Sulawesi, dan pulau-pulau Indonesia yang lain yang bisa menjadi sasaran tujuan investasi di masa depan. Karena ibukota negara saja secara simbolik sudah bisa kita pindahkan, maka investasi (hilirisasi) berbasis sumber daya alam yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia juga bisa dilakukan,” ujar Misbakhun. {sumber}