Berita Golkar – Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, memastikan kehadiran negara tidak berhenti pada penyaluran bantuan fisik semata dalam merespons bencana banjir dan longsor di Pulau Sumatera.
Melalui institusi yang dipimpinnya, Meutya mengerahkan Mobil Dukungan Psikososial ke sejumlah wilayah terdampak di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatera Utara untuk membantu pemulihan mental dan emosional anak-anak korban bencana.
“Bencana mengajarkan kita untuk saling menjaga dan saling menguatkan. Negara hadir bukan hanya membawa bantuan, tetapi juga empati. Melalui layanan psikososial ini, kami ingin keceriaan anak-anak kembali tumbuh,” ujar Meutya Hafid dalam keterangan persnya, Kamis, 25 Desember 2025.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar ini menjelaskan, pengerahan Mobil Dukungan Psikososial tersebut merupakan kelanjutan dari program serupa yang sebelumnya telah dilaksanakan di Belawan, Medan.
Inisiatif ini sekaligus menjadi bagian dari strategi pemulihan berkelanjutan Komdigi yang dirancang tidak hanya untuk menjawab kebutuhan darurat, tetapi juga memastikan proses pemulihan jangka panjang, khususnya bagi anak-anak yang rentan mengalami trauma pasca bencana.
Pendekatan yang diambil, menurut Meutya, menempatkan pemulihan psikologis sebagai fondasi penting agar masyarakat terdampak dapat kembali bangkit secara utuh, seiring dengan proses rehabilitasi infrastruktur dan pemulihan sosial ekonomi.
Senada dengan hal tersebut, Sekretaris Direktorat Jenderal Komunikasi Publik dan Media Komdigi, Very Radian Wicaksono, menegaskan bahwa penanganan pascabencana harus menyentuh dimensi psikologis agar proses pemulihan berjalan menyeluruh.
“Membangun kembali tidak cukup secara fisik. Anak-anak membutuhkan ruang aman untuk pulih dari trauma, dan di situlah negara harus hadir,” kata Very.
Pada tahap pelaksanaan saat ini, Mobil Dukungan Psikososial menjangkau berbagai titik pengungsian dan komunitas terdampak, meliputi wilayah Aceh, Kota Padang dan Kabupaten Agam di Sumatera Barat, serta sejumlah daerah di Sumatera Utara.
Layanan diberikan secara fleksibel, mulai dari pemukiman warga, sekolah, hingga lokasi pengungsian, dengan penentuan titik layanan berdasarkan pemetaan kebutuhan di lapangan serta koordinasi dengan pemerintah daerah.
Melalui beragam aktivitas seperti bermain, menggambar, bercerita, dan interaksi kelompok yang aman serta terarah, layanan ini diarahkan untuk membantu anak-anak mengurangi kecemasan, memulihkan rasa aman, membangun kembali kepercayaan diri, sekaligus menumbuhkan ketangguhan sosial pascabencana.
“Kami berkomitmen untuk terus menghadirkan komunikasi publik yang empatik. Komunikasi yang berpihak pada kelompok paling rentan di tengah situasi krisis,” pungkasnya.













