Berita Golkar – Ancaman perubahan iklim global turut berdampak pada petani nasional. Di sisi lain upaya memacu produktivitas gabah di tengah tekanan perubahan iklim global menjadi lebih rumit dan penuh tantangan.
Anggota DPR RI Mukhtarudin mendorong kementerian Pertanian/Kementan, untuk bersiap menghadapi risiko terburuk akibat kondisi iklim yang makin tidak menentu tersebut.
“Artinya, Kementan juga harus menentukan langkah antisipasi, dikarenakan salah satu sektor yang berpotensi paling terdampak adalah petani,” tandas Mukhtarudin, Senin, 22 Januari 2024.
Diketahui, Studi akademik dan model keseimbangan umum telah meramalkan bahwa perubahan iklim akan menurunkan produksi pangan 8-10% pada tahun 2030, jika tidak ada respons kebijakan atau strategi adaptasi.
Untuk itu, politisi Golkar Dapil Kalimantan Tengah ini berharap pemerintah wajib berada di garda terdepan untuk membimbing petani dalam mengembangkan benih padi dan pangan lain yang tahan lebih adaptif terhadap perubahan iklim tersebut.
“Saya berharap ada strategi yang tepat, khususnya dalam kurun waktu jangka pendek dan panjang, untuk mengatasi dampak dari perubahan iklim global, seperti optimalisasi waktu panen hingga harga jual ataupun harga beli produk hasil panen,” beber Mukhtarudin.
Selain itu, Mukhtarudin mengatakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika/BMKG terus mengupdate perkembangan cuaca, dikarenakan cuaca sebagai risiko terbesar yang ada di sektor pertanian dan cukup berpengaruh signifikan.
Anggota Banggar DPR ini bilang pemangku kepentingan berkolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan, akademisi, hingga lembaga sosial kemasyarakatan untuk meningkatkan kesadaran akan urgensi memitigasi risiko perubahan iklim.
“Sehingga bisa membuat sektor pertanian mampu berdaya tahan dan membuat petani lebih sejahtera,” pungkas Mukhtarudin. {sumber}