Berita Golkar – Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPR RI Mukhtarudin optimistis bahwa target emisi nol bersih atau net zero emission (NZE) pada sektor industri diharapkan bisa tercapai pada 2050 atau lebih cepat 10 tahun dari target nasional pada 2060.
Politisi Dapil Kalimantan Tengah menyampaikan hal itu menanggapi langkah Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang yang saat ini tengah merumuskan beberapa kebijakan salah satunya mengenai batas atas emisi untuk industri dan kebijakan nilai ekonomi karbon (NEK) guna mencapai tujuan emisi nol bersih di sektor industri pada 2050 dapat terwujud.
“Ya, fraksi Golkar DPR RI optimis karena didasarkan pada tingkat emisi gas rumah kaca (GRK) sektor industri di Indonesia dari tahun 2015-2022 yang hanya sebesar 8-20 persen dari total emisi GRK nasional,” beber Mukhtarudin, dikutip dari Pro Kalteng, Kamis (3/10/2024).
Sementara, lanjut Mukhtarudin, jika dilihat dari sumber emisi sektor industri tahun 2022, komponen emisi dari kategori penggunaan energi di industri menyumbang 64 persen.
“Sedangkan emisi dari limbah industri 24 persen dan proses produksi dan penggunaan produk atau industrial process and product use (IPPU) sebesar 12 persen,” imbuh Mukhtarudin.
Mukhtarudin pun menegaskan bahwa upaya dekarbonisasi sektor industri dari komponen energi dapat dilakukan melalui penggantian sumber energi yang lebih ramah lingkungan seperti sel surya dan hidrogen. “Upaya dekarbonisasi di sektor industri bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dicapai,’ tandas Mukhtarudin.
Oleh karena itu, Mukharudin melanjutkan apabila target NZE secara nasional dicapai pada tahun 2060, maka semua pihak harus berkomitmen untuk dapat mencapai target NZE di sektor industri lebih cepat, yaitu pada tahun 2050 nanti.
“Saat ini transisi dan penggunaan energi terbarukan bukan sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan yang dilakukan oleh seluruh negara termasuk Indonesia,” pungkas Mukhtarudin.
Perlu Sinergi Untuk Emisi Nol Bersih
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan perlunya sinergi antara negara maju yang memiliki teknologi dan negara berkembang yang memiliki potensi untuk mencapai target emisi nol bersih.
“Harus ada sinergi antara negara-negara maju yang sudah mempunyai teknologi dengan negara-negara berkembang yang mempunyai potensi tapi belum memiliki teknologi yang baik, apalagi kalau membutuhkan kapital yang cukup,” ujar Bahlil.
Bahlil menekankan bahwa negara berkembang seperti Indonesia memiliki potensi besar dalam energi baru terbarukan, namun masih menghadapi tantangan dalam hal teknologi dan pembiayaan.
Ketum Golkar ini menegaskan pentingnya kolaborasi untuk mencapai target emisi nol bersih, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia yang membutuhkan teknologi dan pendanaan yang memadai.
“Untuk mencapai emisi nol bersih merupakan tujuan kita bersama dan ini adalah tanggung jawab kita bersama. Indonesia ke depan pada tahun 2050–2060 harus sudah mencapai satu titik yang lebih baik,” ujar Bahlil. {}