Berita Golkar – Setiap orang memiliki pandangan tentang sosok pahlawan. Ketua DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Panggah Susanto, menyebut pahlawan sebagai orang-orang yang sudah mengabdikan seluruh hidup dan apa yang dimiliki demi negara.
Panggah juga mengartikan sama saat bercerita tentang pahlawan masa kini. Menurutnya pahlawan masa kini memiliki konsep sama. Yang membedakan adalah medan perang.
“Pahlawan ya pejuang yang telah mendarmabaktikan tenaga, pikiran, harta, nyawa, dan jiwa kepada Bangsa dan Negara. Pahlawan masa kini sama. Wataknya pahlawan, hanya medan pertempuran berbeda,” tutur politikus senior Partai Golkar itu saat dihubungi Solopos.com, Kamis (9/11/2023).
Sayangnya, makna peringatan Hari Pahlawan mulai luntur, khususnya di kalangan anak muda. Panggah mengaku miris setiap kali bertemu masyarakat, khususnya generasi Z dan milenial pada momen Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan.
Anggota DPR RI Dapil VI Jateng yang juga Anggota Bidang Kajian MPR RI ini melihat perlu lebih keras mendorong anak muda agar lebih menghargai jasa pahlawan dan memahami sejarah Bangsa.
“Kemerdekaan ini atas pengorbanan para pendahulu. Peringatan 10 November [Hari Pahlawan] perlu didengungkan lagi karena tidak semua Bangsa merdeka melalui sejarah panjang seperti Indonesia. Melalui perebutan, pengorbanan jiwa yang tidak sedikit,” kata dia.
“Penting menyadarkan generasi Z, milenial tentang sejarah bangsanya. Aneh kalau sampai tidak tahu. Rasanya sedih, mau nangis kalau ada generasi muda gak ngerti sejarah Bangsanya. Media [massa] juga harus ambil bagian dalam menyebarluaskan kesadaran itu. Anak muda tidak boleh lupa pada sejarah,” tegasnya.
59 Tahun Golkar
Partai Golkar lahir 20 Oktober 1964 juga berkaitan erat dengan sejarah perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Panggah menuturkan Golkar lahir dengan meletakkan Pancasila sebagai ideologi dan doktrin Karya Kekaryaan. Dua hal itu senapas dengan pandangan kebangsaan.
“Salah satu tujuan Golkar didirikan untuk membendung ideologi yang tidak sejalan dengan Pancasila. Pancasila sebagai landasan tidak boleh goyah. Golkar menjadi partai besar melalui darma bakti kepada Bangsa di legislatif dan eksekutif,” ungkap dia.
Namun, memahami Pancasila tidak semudah membalikkan telapak tangan. Anggota DPR periode 2019-2024 (mewakili Dapil Jateng VI meliputi Kabupaten Purworejo, Wonosobo, Magelang, Temanggung, dan Kota Magelang) ini menyebut memahami ideologi negara membutuhkan konsistensi dan proses.
“Siapa yang paham Pancasila akan menjadi pelopor persatuan dan kesatuan. Tapi kudu dipahami dan dilakoni. Bisa paham karena nglakoni. Dalam konteks partai, nglakoni ini ya berkiprah di segala dinamika politik,” jelasnya.
Untuk itu pada momentum Hari Pahlawan dan tahun politik (Pemilu 2024), Panggah mengajak seluruh pihak berkompetisi secara bijak. Kompetisi menjadi bagian dari demokrasi. Tanpa kompetisi, lanjutnya, Indonesia tidak akan menjadi Bangsa yang maju dan kuat.
“Kompetisi antarkomponen bangsa merupakan watak demokrasi, tetapi harus berlandaskan Pancasila. Setelah kompetisi ya bersatu lagi. Itu demokrasi yang khas Indonesia,” tegasnya.
Golkar sebagai partai tertua di Indonesia ikut andil dalam proses pembentukan Bangsa yang maju dan beradab. Usia 59 tahun bagi Panggah berarti sarat dengan pengalaman. Semakin tua, Golkar harus menjadi lebih berpengalaman, mengerti, memahami, menghayati, terampil, dan pintar.
“Kita harus bersatu, mempunyai jati diri. Kita terus mengalami kemajuan secara lahiriah dan batiniah [karakter]. Menjadi bangsa yang maju sejajar dengan bangsa maju lain. Memiliki landasan, jati diri bangsa, karakter, bekal lahir dan batin. Kalau itu semua dilakukan maka hal tadi [Indonesia Maju] bisa terjadi,” tuturnya saat ditanya mimpinya untuk Indonesia. {sumber}