Berita Golkar – Bagi Panggah Susanto, politik bukan sekadar perebutan kekuasaan, tapi upaya untuk menyatukan tujuan untuk mencapai cita-cita bersama membangun bangsa.
“Politik itu bukan perang, konflik. Saya melihatnya secara filosofis, yakni sebagai kesatuan untuk mencapai cita-cita bersama membangun bangsa,” kata Panggah Susanto dalam perbincangan dengan RMOL Jateng, Minggu (24/9).
Sebagai manusia, kata Panggah, kita tak bisa hidup sendiri, menjalin silarahim itu sangat penting. Silaturahim meperpanjang umur dan membuka pintu rejeki.
“Kita minum kopi, itu melibatkan banyak orang, mulai dari petani kopi, pabrik kopi, penyeduh kopi hingga disajikan dan kita nikmati,” ujarnya.
Terjun ke politik bagi Panggah bukan hanya mencari kekuasaan. Tapi bagaimana bisa memberi manfaat dan kemaslahatan bagi banyak orang. Tak heran prinsip itu juga diterapkannya dalam parpol yang dipimpinnya. Dia menciptakan harmoni dan merangkul banyak pihak sebagai teman dan saudara.
Panggah berprinsip, hidup harus ada komitmen, ketekunan dan kesabaran. Tiga hal itulah yang dipegangnya sejak masih berkiprah sebagai birokrat. “Prinsip itu pula yang saya terapkan dalam memimpin Golkar Jateng, saat ini, ” ujarnya.
Dia mengaku, memulai kariernya dari bawah. Mulai dari honorer, CPNS hingga diangkat PNS. Lulus ITB, dia pun berkiprah di Kementerian Perindustrian. “Saya mulai dari bawah, dari staf biasa, kepala seksi, sampai jabatan tertinggi jadi Dirjen,” ujarnya
Memasuki pensiun, dia pun terjun ke politik lewat Partai Golkar, yang memiliki visi misi sesuai keyakinannya. Golkar memiliko ideologi Pancasila maupun doktrin karya kekaryaan punya tujuan untuk memakmurkan bangsa.
Dari desa kembali ke desa, itulah yang terjadi pada dirinya kini. Menjabat sebagai anggota DPR-RI periode 2019–2024. Ia mewakili daerah pemilihan Jawa Tengah VI, yang meliputi Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, dan Kota Magelang.
“Wilayahnya sebagian besar desa, dan itulah medan pengabdian saya, mengabdi untuk bangsa, membangun dari desa,” pungkasnya. {sumber}