DPD 1  

Partai Golkar Sulsel Jawab Isu Mundurnya 9 Pengurus DPD II Parepare

Berita GolkarPolemik pengunduran diri 9 pengurus DPD II Golkar Parepare turut menjadi perhatian DPD I Golkar Sulawesi Selatan (Sulsel). Golkar Sulsel justru menilai kepemimpinan Erna Rasyid sebagai ketua sangat bagus.

Penilaian itu berbeda dengan alasan 9 pengurus yang mengundurkan diri, yakni karena masalah kepemimpinan Erna Rasyid. Salah satu yang menjadi indikator penilaian Golkar Sulsel ialah capaian Golkar Parepare pada Pileg 2024.

“Yang pasti menurut kami kinerja Bu Ketua secara objektif masih sangat bagus dengan mempertahankan kursi ketua DPRD Parepare,” kata Sekretaris DPD I Golkar Sulsel Marzuki Wadeng kepada detikSulsel, Rabu (3/4/2024).

Marzuki tak berbicara lebih jauh soal indikator penilaian tersebut. Dia lantas mengaku pihaknya sudah menerima informasi awal terkait para pengurus yang mundur, karena kinerjanya yang kurang bagus. “Yang mundur ada yang caleg yang lalu yang perolehan suaranya cuman 100-an. Padahal dia sebagai ketua Bappilu (Fadly Agus Mante),” terangnya.

Menurutnya, mereka yang mundur bisa jadi merupakan orang yang telah terpantau kurang maksimal di DPD II Parepare. Apalagi, berdasarkan informasi yang ia terima mereka juga ogah-ogahan ikut rapat.

“Saya juga belum telusuri lebih jauh cuman saat menanyakan ke pengurus seperti itu. Itu yang mundur-mundur tidak pernah juga ikut rapat,” paparnya.

Saat ini, Marzuki mengaku sementara menunggu DPD II Parepare untuk memproses pengunduran diri 9 pengurus tersebut. Termasuk mengusulkan pergantian pengurus. “Makanya kami akan tunggu secara tertulis apa usulan dari DPD 2 Parepare. Kita tidak boleh intervensi ke bawah,” imbuhnya.

9 Pengurus Mundur Soroti Kinerja Erna Rasyid

Sembilan pengurus mengajukan pengunduran diri secara bersama-sama ke Sekretariat DPD II Golkar Parepare, Selasa (2/4). Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu (Bappilu) Golkar Parepare Fadly Agus Mante yang turut mengundurkan diri menyebut arah Golkar Parepare tidak jelas di bawah kepemimpinan Erna Rasyid.

“Saya mundur dari kepengurusan karena melihat manajemen kepemimpinan bu Ketua Erna Rasyid Taufan yang tidak jelas arahnya,” ungkap Fadly kepada wartawan, Selasa (2/4).

Dia juga mengaku sudah tidak sejalan dengan gaya kepemimpinan Erna Rayid. Menurutnya, capaian Golkar Parepare di Pileg 2024 juga menurun dibandingkan Pileg 2019 lalu.

Lebih lanjut, Fadly menyoroti pola komunikasi Erna Rasyid selama memimpin Golkar Parepare. Dia menyebut ada sejumlah kebijakan Erna Rasyid yang diputuskan tidak melalui proses musyawarah.

“Partai Golkar dikelola secara like dan dislike. Seolah-olah partai Golkar ini perusahaan, pengurus diundang hanya datang rapat untuk menyetujui, bukan bermusyawarah,” beber Fadly.

“Mestinya Ibu Erna sekali lagi bijak dalam mengambil keputusan, harus mengukur diri. Bagaimana mau mengurus Parepare, Golkar saja yang seratusan pengurusnya ini tidak bisa diurus,” imbuhnya.

Dengan demikian, Fadly mengaku khawatir situasi tersebut bisa berdampak pada capaian Golkar di Pilkada 2024. DPP Golkar, kata dia, diharapkan bisa turun tangan melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kinerja DPD II Golkar Parepare.

“Ya, perlu ada evaluasi dan ujungnya pergantian. Kalau energi Pileg dibawa ke Pilkada, saya agak pesimis Golkar bisa memenangkan kontestasi,” ucap Fadly.

Wakil Ketua Bidang Media dan Penggalangan Opini DPD II Golkar Parepare Rahman DJ juga mengundurkan diri. Dia mengaku gerah berada dalam struktur partai karena internal partai yang dinilai tidak kondusif.

“Saya mengundurkan diri sebab situasi sudah tidak kondusif di internal partai Golkar Parepare. Biar saya berada di luar kepengurusan dulu agar ada pembenahan di internal,” singkat Rahman. {sumber}