Berita Golkar – Dina Hidayana, founder Mardani Institute, melihat fenomena egosentris yang semakin menguat sejak pandemi Covid-19 cenderung mendegradasi tesis pentingnya kolektivitas dan kolaborasi sistemik. Di level global, hal tersebut semakin tereskalasi sejak bergulirnya isu perang tarif oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump di kwartal pertama tahun ini. Meskipun demikian, dari perspektif lain, ini bisa menjadi pemantik neo-nasionalisme.
“Prototipe harmonisasi bangsa-bangsa di dunia melalui inisiatif lahirnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB/UN) sejak 24 Oktober 1945, nampaknya belum optimal. Tujuan utama menjaga perdamaian dan keamanan internasional serta kerjasama antar bangsa, sering berbenturan dengan kepentingan nasional, alih-alih terbentuk aliansi semu, yang menafikan kepentingan kolektif,” urai Dina.
Srikandi SOKSI ini menambahkan, kecenderungan egosentris bukan saja dialami oleh negara atau bangsa, namun telah menyentuh hingga ke level individu. Menyoal kepentingan kolektif dan semangat kegotongroyongan sering dianggap utopia, sesuatu yang semakin tabu untuk ditonjolkan.
“Era Ambisi (The Age Of Ambition) telah mempertontonkan perilaku baru individu atau negara di dunia yang supra ambisius, yang semakin berfokus dengan kepentingan pribadi, hingga mengabaikan relasi dan harmonisasi sosial serta tujuan bersama. Jika situasi ini terus dibiarkan, Pancasila yang seharusnya sakti pun akan semakin mati suri,” tegas Dina.
Ambisius toksik secara psikologis berdampak pada kesehatan mental berupa kecemasan akut, depresi serius hingga stress tingkat tinggi. Data menunjukkan, gangguan mental akibat tekanan eksternal maupun internal yang secara langsung ataupun tidak langsung berkaitan dengan “ambisi”, menimpa hampir 35% remaja (I-NAMHS, 2022) dan perlu diwaspadai setidaknya 1 dari 7 anak remaja berumur 10-17 tahun mengalami masalah dengan kesehatan jiwa (WHO, 2021).
Kekerasan berbasis gender terhadap perempuan menurut data Komnas Perempuan (2024) juga terus meningkat signifikan setiap tahunnya, baik itu menyangkut kekerasan fisik, psikis, seksual, termasuk kekerasan ekonomi. Kasus kekerasan naik sekitar 15% dari tahun sebelumnya.
“Selain itu, tingkat bunuh diri terus mengalami kenaikan signifikan. Bahkan di negara yang dikenal humanis dan religius, sepanjang Januari hingga Oktober 2024 telah terjadi 1023 kasus bunuh diri (Pusat Informasi Kriminal Nasional/ Pusiknas). Trend peningkatan bunuh diri yang cukup drastis perlu diwaspadai sebagai gejala sosial yang tidak lazim,” lanjutnya.
Lebih lanjut, diskoneksi sosial sebagai dampak era ambisi, berpotensi menurunkan produktivitas masyarakat. Kompas (2025) merilis data yang menghimpun populasi khusus usia produktif, ditemukan kerugian lebih dari 600 trilyun akibat kesepian yang berujung mengganggu produktivitas. Disebutkan bahwa kesepian tidak berkaitan dengan banyak sedikitnya kawan dan interaksi pertemuan. Provinsi DKI Jakarta, Jabar, Jateng dan Jatim memecahkan rekor tertinggi kehilangan produktivitas akibat rasa kesepian.
“Meskipun demikian, sisi positif The Age of Ambition telah melahirkan berbagai kemajuan, baik itu ekonomi, teknologi dan berbagai sektor pembangunan yang sangat pesat, namun sisi lain, ambisius toksik telah menggeser kecenderungan pranata sosial menjadi lebih destruktif dan sarat konflik,” papar politisi Partai Golkar ini.
Dina melihat kecenderungan negatif dari era ambisi (the age of ambition) yang semakin masif, memerlukan intervensi regulator serta kesadaran kolektif bahwa kegotongroyongan yang menjadi ciri khas negara Pancasilais merupakan keunggulan komparatif yang harus dipertahankan.
“Perlu difikirkan upaya-upaya memajukan bangsa yang lebih substantif untuk mengatasi berbagai persoalan fundamental, bukan perkembangan semu yang menurunkan harapan masa depan dan gairah generasi muda dalam melihat kepentingan bangsa dan dunia. Neo nasionalisme adalah keniscayaan yang perlu diterjemahkan dengan cara-cara yang lebih modern dan visioner, tanpa perlu menanggalkan jati diri Pancasila kita,” pungkas Dina yang juga merupakan Doktor Strategi Pertahanan UNHAN RI ini (31/7/24)