Profil Lodewijk Friedrich Paulus, Wakil Menteri Koordinator Politik dan Keamanan di Kabinet Merah Putih

Berita GolkarPolitisi Partai Golkar, Lodewijk Friedrich Paulus menggenapi jajaran 8 menteri kader Partai Golkar di Kabinet Merah Putih setelah dirinya ditunjuk sebagai Wakil Menteri Koordinator Politik dan Keamanan mendampingi Budi Gunawan.

Nama Lodewijk tentu sudah tak asing lagi di telinga, namanya mengingatkan akan sosok Jenderal Friedrich Paulus, Panglima Tertinggi Jerman yang memimpin Angkatan Darat Ke-6 Jerman dalam Pertempuran Stalingrad pada 1942-1943.

Sementara nama depan yang disematkannya, Lodewijk — masih menggunakan lafal Belanda, sebuah nama yang kerap diberikan kepada anak laki-laki Eropa, yang berarti prajurit tersohor.

Jika mendengar namanya, banyak yang langsung menyimpulkan jika pemilik nama tersebut merupakan non muslim. Nyatanya Friedrich Paulus, merupakan figur muslim yang taat. Lodewijk Paulus memang merupakan seorang mualaf.

Lodewijk lahir di Manado pada 27 Juli 1957, sebelum menjejali dunia politik Lodewijk adalah seorang prajurit TNI Angkatan Darat sejak tahun 1981. Sebagai prajurit TNI, berbagai jabatan bergengsi pernah dicicipi Lodewijk Paulus, mulai dari Komandan Jenderal Kopassus, Pangdam I Bukit Barisan hingga terakhir sebelum pensiun dan memutuskan masuk dunia politik, ia ditempatkan sebagai Komandan Kodiklat TNI AD.

Meski karir militernya terbilang mulus, ternyata Lodewijk haruslah melewati jalan panjang untuk bisa sampai pada titik karir tertinggi di TNI. Setelah menamatkan pendidikan sekolah menengah atas pada tahun 1976 di SMAN Palu, Lodewijk langsung mendaftarkan diri ke akademi militer (Akmil). Sejak kecil, cita-citanya memang ingin menjadi seorang prajurit.

Pada tanggal 23 Oktober 2009, Panglima TNI mengeluarkan surat keputusan yang mengangkat Paulus sebagai Komandan Jenderal Kopassus, menggantikan Pramono Edhie Wibowo. Ini merupakan puncak karir bagi seorang Lodewijk Paulus.

Berbagai catatan kiprah dan prestasi ditorehkannya, seperti berhasil melakukan lobi kepada Amerika Serikat untuk mencabut Hukum Leahy yang membuat Amerika Serikat tidak memberikan bantuan kepada satuan militer yang terlibat pelanggaran HAM termasuk Kopassus TNI.

Pada tahun 2015, Lodewijk pensiun dari militer tempatnya bernaung dan mengabdi pada nusa bangsa selama ini. Lodewijk lalu banting setir ke dunia politik. Panggilan jiwa agar senantiasa bermanfaat bagi orang banyak masih terpatri di dada seorang Lodewijk. Jadilah ia bertengger di atas pucuk beringin, Partai Golkar pada tahun 2016.

Memiliki karir mentereng di militer membuat Lodewijk tak kesulitan beradaptasi dengan dunia politik. Justru pengalamannya dalam militer sangat membantu kerja-kerja politik yang ia lakukan. Buktinya, setelah enam bulan setelah bergabung dengan Partai Golkar, Lodewijk langsung diberi jabatan sebagai Ketua Koordinator Bidang Kajian Strategis.

Dua tahun setelah bergabung dengan Partai Golkar, Lodewijk ditunjuk oleh Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Golkar pada tanggal 22 Januari 2018. Ia menggantikan posisi Idrus Marham yang diangkat sebagai Menteri Sosial oleh Presiden Joko Widodo.

Di Pemilu 2019 saat kali pertama ia mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dari Dapil Lampung I, Lodewijk langsung terpilih dengan meraup mendapatkan 35.199 suara.. Pada awal tugasnya sebagai anggota DPR RI, Fraksi Partai Golkar memberikannya tugas untuk duduk di Komisi I DPR RI yang membidangi urusan pertahanan, luar negeri, intelijen, komunikasi dan informasi.

Latar belakang Lodewijk sebagai seorang prajurit membuat dirinya tak kesulitan berada di Komisi I DPR RI. Seluk beluk pertahanan dan intelijen tentu merupakan bidang yang ia kuasai. Pengalaman dan latar belakang membuat Lodewijk mampu menyelesaikan berbagai tugas seorang legislator yang diembannya.

Dua tahun duduk di Komisi I, Lodewijk mendapat amanah untuk duduk di kursi pimpinan DPR RI, menggantikan rekan sejawatnya yang berhalangan tetap saat itu.

Pada 30 September 2021, Lodewijk dilantik sebagai Wakil Ketua DPR RI menggantikan Azis Syamsuddin. Ia didapuk sebagai Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Korpolkam) yang bermitra dengan Komisi I, Komisi II, Komisi III, Badan Legislasi, dan Badan Kerjasama Antar-Parlemen.

Selain kapasitas serta kemampuan dirinya, Lodewijk Paulus sepertinya cukup lihai dalam berpolitik. Setidaknya ada satu hal penting dalam politik yang ia sangat kuasai, yakni penguasaan data informasi dan pengambilan keputusan yang sudah sering dilakukannya sewaktu di militer dahulu.

Barangkali hal itu pula yang menjadi pertimbangan utama Presiden Prabowo menunjuk Lodewijk Paulus sebagai Wamenko Polkam. Berbekal keterampilan teknis selama menjadi prajurit serta kapasitas strategis saat berkiprah di dunia politik, keluwesan Lodewijk dalam memimpin Kementerian Politik dan Keamanan tentu sangat berharga.

Leave a Reply